USAHA PERTANIAN (MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN)
USAHA PERTANIAN
(Makalah Sosiologi Pertanian)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam
pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe,
atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk
subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan
(biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya
semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga. Perikanan memiliki subjek hewan perairan
(termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan
peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan
aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha
pertanian.
1.2 Tujuan
1.
Mempelajari
mengenai usaha pertanian dan aspek-aspeknya
2.
Mengenal
perkembangan pertanian di Indonesia
II.
PEMBAHASAN
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah
kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang
sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit,
metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan
pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia
melakukan pertanian
intensif (intensive
farming). Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara
pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya
sering kali disamakan.
2.1 Ekonomi Pertanian
Pembangunan ekonomi pedesaan terutama
di daerah yang terpencil (tertinggal) tidak terlepas dari pembangunan sektor
pertanian. Kondisi ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat pedesaan
(sekitar 80%) mencari nafkah dari sektor pertanian yakni: perkebunan,
perikanan, peternakan, kehutanan, tanaman pangan dan hortikultura. Apabila
ingin memacu pertumbuhan ekonomi di pedesaan salah satu prioritasnya adalah
pengembangan sektor pertanian yang berbasis agribisnis. Untuk jenis agribisnis
skala besar seperti perkebunan boleh dikatakan tidak banyak kendala, karena
sektor perkebunan yang dikembangkan selama ini berorientasi ekspor yang
dikelola oleh perusahan besar. Namun yang jadi masalah adalah pengembangan
ekonomi pedesaan dari usahatani skala kecil yang dikelola secara swadaya oleh
masyarakat.
Dalam pengembangan sektor pertanian skala kecil tersebut masih ditemui
beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan
agribisnis dan agroindustri. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan
pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain: pertama, lemahnya
struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan. Secara umum pemilikan
modal bagi masyarakat pedesan masih relatif kecil, karena modal ini biasanya
bersumber dari penyisihan pendapatan usaha sebelumnya. Untuk memodali
usaha selanjutnya masyarakat desa (petani) terpaksa memilih alternatif lain,
yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih mampu (pedagang) atau segala
kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko dengan perjanjian pembayarannya
setelah panen. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan petani sering terjerat
pada sistem pinjaman yang secara ekonomi merugikan pihak petani.
Kedua,
ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah si
pedesaan sebagai faktor produksi utama dalam pertanian makin bermasalah.
Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat
dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku petani
dalam berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian
penggunaan tanah untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh
petani.
Ketiga,
pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Sarana produksi sangat diperlukan
dalam proses produksi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Pengadaan sarana
produksi di pedesaan itu bukan hanya menyangkut ketersediaannya dalam jumlah
yang cukup, tetapi yang lebih penting adalah jenis dan kualitasnya.
Keempat, terbatasnya kemampuan dalam penguasaan
teknologi. Usaha pertanian di pedesaan merupakan suatu proses yang memerlukan
jangka waktu tertentu. Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor
produksi dan sarana produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang
diperlukan dalam proses tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan.
Petani yang bertindak sebagai manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan
usaha tani, sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan
produktivitas dan efisiensi usaha yang dilakukan.
Kelima, lemahnya organisasi dan manajemen
usaha tani. Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat,
terutama kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan
panyaluran inspirasi (bottom up) para anggotanya.
Dalam pertanian organisasi yang tidak kalah pentingnya adalah kelompok
tani. Selama ini kelompok tani sudah terbukti menjadi wadah penggerak
pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari manfaat
kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi, penyuluhan dan pemberian
paket teknologi.
Keenam,
kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.
Petani merupakan sumberdaya manusia yang memegang peranan penting dalam
menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani, karena petani merupakan
pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha tani itu sendiri. Ada dua hal yang
dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya manusia ini, yaitu jumlah yang
tersedia dan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri. Kedua hal ini sering
dijadikan sebagai indikator dalam menilai permasalahan yang ada pada kegiatan
pertanian.
Keadaan Petani yang Menghambat Pembangunan
Pertanian
Kesejahteraan petani yang relatif rendah dan menurun saat ini akan sangat menentukan prospek ketahanan pangan. Kesejahteraan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya yang utama menurut (Bayu Krisnamurthi 2008:1) adalah (a) Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya (they are poor becouse they are poor); (b) Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi; (c) Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan; (d) Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik; (e) Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai (f) Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar (bargaining position) yang sangat lemah; dan (g) Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.
Kesejahteraan petani yang relatif rendah dan menurun saat ini akan sangat menentukan prospek ketahanan pangan. Kesejahteraan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya yang utama menurut (Bayu Krisnamurthi 2008:1) adalah (a) Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya (they are poor becouse they are poor); (b) Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi; (c) Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan; (d) Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik; (e) Infrastruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai (f) Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar (bargaining position) yang sangat lemah; dan (g) Ketidak-mampuan, kelemahan, atau ketidak-tahuan petani sendiri.
2.2 Teknologi Pertanian
Tenologi
yang tepat guna adalah teknologi yang bermakna bagi masyarakat penggunanya.
Jadi Iptek yang bermakna adalah yang secara ekonomis menguntungkan dan dapat
meningkatkan kesejahteraann, secara teknis dapat dikerjakan dan dimanfaatkan,
dan secara sosial-psikologus dapat diterima serta sejalan dengan kebijakan
pemerintah. Mungkin saja Iptek baru itu tidak/belum dirasakan dibutuhkan
masyarakat dan mungkin pula Iptek tersebut benar-benar telah dibutuhkan dan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Hal ini tergantung pada “keadaan”
masyarakat sasaran (Asngari 2008:11).
Usahatani sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, dan ketersediaan air irigasi dan sifat-sifat tanah. Oleh karena itu, teknologi usahatani yang sesuai untuk suatu lokasi belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya. Dalam kaitan itu, untuk menetapkan anjuran teknologi untuk suatu lokasi, harus didasarkan leh hasil percobaan/penelitian verifikasi di lokasi yang bersangkutan (Tjitropranoto 2005:96).
Teknologi pertanian yang ada saat ini tidak selalu sesuai dengan yang dibutuhkan petani, tetapi didominasi oleh upaya program/proyek untuk pencapaian target produksi yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, petani akan mencari teknologi, informasi atau materi penyuluhan kalau dirasakannya berguna untuk kegiatan usaha pertaniannya. Teknologi, informasi ataupun materi penyuluhan pertanian yang dibutuhkan petani adalah yang benar-benar diyakini petani akan menguntungkannya, terjangkau oleh kemampuannya, dan memiliki pasar yang dekat dengan usaha pertaniannya. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani harus didasarkan pada keempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk menrapkan/memanfaatkannya, bukan karena perhitungan yangsecara ilmiah akan menguntungkan.
Pemanfaatan Iptek tergantung pada klien dan juga tergantung pada para penyuluh. Tentu akan lebih cepat prosesnya bilamana kedua belah pihak tersebut saling aktif dan dinamis mencari sampai menemukan teknologi tepat guna pertanian (TTP).
Meningkatnya harga sarana produksi terutama benih, pupuk, pestisida, pakan ternak dan ikan, menyebabkan adanya kecenderungan teknologi yang dikehendaki petani adalah teknologi yang tidak memerlukan modal besar, lebih kearah teknologi sederhana, walaupun produktivitasnya tidak begitu besar tetapi terjangkau oleh petani, baik dengan modal uang tunai maupun kredit. Teknologi pertanian yang memerlukan sarana produksi yang mahal akan diterapkan oleh pertani selama ada bantuan untuk menerapkannya, misalnya pemberian saranann produksi oleh proyek, tetapi begitu proyek meninggalkan petani, maka mereka akan kembali ke teknologi semula.
Usahatani sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, dan ketersediaan air irigasi dan sifat-sifat tanah. Oleh karena itu, teknologi usahatani yang sesuai untuk suatu lokasi belum tentu sesuai untuk lokasi lainnya. Dalam kaitan itu, untuk menetapkan anjuran teknologi untuk suatu lokasi, harus didasarkan leh hasil percobaan/penelitian verifikasi di lokasi yang bersangkutan (Tjitropranoto 2005:96).
Teknologi pertanian yang ada saat ini tidak selalu sesuai dengan yang dibutuhkan petani, tetapi didominasi oleh upaya program/proyek untuk pencapaian target produksi yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, petani akan mencari teknologi, informasi atau materi penyuluhan kalau dirasakannya berguna untuk kegiatan usaha pertaniannya. Teknologi, informasi ataupun materi penyuluhan pertanian yang dibutuhkan petani adalah yang benar-benar diyakini petani akan menguntungkannya, terjangkau oleh kemampuannya, dan memiliki pasar yang dekat dengan usaha pertaniannya. Materi penyuluhan yang dibutuhkan petani harus didasarkan pada keempatan, kemauan, dan kemampuan petani untuk menrapkan/memanfaatkannya, bukan karena perhitungan yangsecara ilmiah akan menguntungkan.
Pemanfaatan Iptek tergantung pada klien dan juga tergantung pada para penyuluh. Tentu akan lebih cepat prosesnya bilamana kedua belah pihak tersebut saling aktif dan dinamis mencari sampai menemukan teknologi tepat guna pertanian (TTP).
Meningkatnya harga sarana produksi terutama benih, pupuk, pestisida, pakan ternak dan ikan, menyebabkan adanya kecenderungan teknologi yang dikehendaki petani adalah teknologi yang tidak memerlukan modal besar, lebih kearah teknologi sederhana, walaupun produktivitasnya tidak begitu besar tetapi terjangkau oleh petani, baik dengan modal uang tunai maupun kredit. Teknologi pertanian yang memerlukan sarana produksi yang mahal akan diterapkan oleh pertani selama ada bantuan untuk menerapkannya, misalnya pemberian saranann produksi oleh proyek, tetapi begitu proyek meninggalkan petani, maka mereka akan kembali ke teknologi semula.
Kajian Iptek yang disponsori oleh pemerintah di masa lalu yang cenderung sentralistis, cenderung bias padi dan kurang kondusif dengan perkembangan inovasi yang spesifik lokal. Hal seperti ini kurang efektif menjawab tantangan
kebutuhan inovasi bagi upaya peningkatan pendapatan petani.
Meskipun kebijakan pengembangan Balai Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP/LPTP) dinilai lebih kondusif bagi pengembangan inovasi yang berbasis pada Iptek unggul spesifik lokal beragam komoditi yang sesuai dengan kebutuhan petani, namun nampaknya lembaga ini kurang didukung olehtanga ahli baik dalam jumlah maupun kualitas, maupun pendanaan yang memadai untuk menjangkau wilayah kerjany. Dalam hal ini tentu saja masih diperlukan energi untuk mengatasi kelemahan tersebut, baik berupa komitmen pemerintah terhadap pengembangan SDM maupun terhadap pengembangan Iptek dan kelembagaan petani.
Teknologi juga
dimanfaatkan dalam penternakan akuakultur dalam sangkar. Udang diternak secara
besar-besaran di dalam sangkar dengan mewujudkan suasana seperti habitat asal,
terutamanya kandungan pH air yang disesuaikan dengan penggunaan teknologi
penternakan akuakultur ini. Penbenihan udang juga menggunakan kaedah
teknologi membolehkan udang ini dibiakkan dalam jumlah yang banyak untuk
membekalkan keperluan pasaran udang. Selain itu, ikan-ikan laut dalam seperti
siakap juga dipelihara di kolam dengan menggunakan teknologi moden bagi tujuan
pembenihan pembiakan dan pengekalan kesesuaian air untuk pembesaran ikan ini.
Bagi tanaman
pertanian, kacukan baka padi membolehkan padi ditanam tiga musim setahun dengan
menghasilkan tuaian yang lebih banyak dan berkualiti. Padi kacukan ini tahan
daripada serangan penyakit, mempunyai butiran padi yang lebih panjang,
dan besar serta matang dalam masa yang lebih singkat. Ini dapat menjamin
bekalan beras yang berterusan untuk pasaran tempatan. Selain baka padi kacukan,
terdapat juga tanaman buah-buahan untuk pasaran tempatan yang dikacukkan.
Tanaman buah-buahan kacukan ini imun pada penyakit dan mengeluarkan hasil yang
lebih banyak dalam masa yang lebih singkat.
Penggunaan baja
organik dan aplikasi bioteknologi juga menyumbang pembangunan pertanian dan
meningkatkan pengeluaran bekalan makanan. Baja organik yang digunakan untuk
tanaman sayur-sayur bebas daripada pencemaran baja kimia dan bahan kimia yang
lain. Sayur-sayuran yang menggunakan baja organik mempunyai kadar tumbesaran
yang cepat dan subur. Selain itu, penggunaan bioteknologi dalam penghasilan
makanan ternakan kambing dan lembu menggunakan hampas kelapa sawit telah
berjaya menghasilkan lembu yang cepat membesar dan kurang mengandungi lemak
dalam daging berbanding dengan penggunaan dedak sebagai makanan.
Berikut
adalah temuan mesin-mesin pertanian yang membawa dampak bagi kehidupan sosial
masyaratan pertanian:
a) Traktor Roda Dua atau Traktor Tangan (Power Tiller)
Traktor
roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin
pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan pekerjaan pertanian
lainnya dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasangkan di belakang
mesin. Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan
tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan
mesin serba guna karena dapat juga sebagai penggerak untuk alat-alat lain
seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer) dan lain-lain.
(Hardjosentono, 79-86:2002).
b) Pompa Pengairan (water pumps)
Kebanyakan
petani tidak dapat mempergunakan air dari sumber air. Dan meskipun sumber air
ada, mungkin akan lebih ekonomis bila seseorang memasang unit pompa untuk
menyedotnya, asalkan sumber air itu cukup banyak mengandung persediaan air.
Unit pompa yang dipasang harus disesuaikan dengan keadaan sumber air.
Persediaan air yang ideal adalah sumur artesis atau dari sungai yang
letaknya cukup tinggi, sehingga air dapat dipergunakan tanpa memakai pompa.
Tetapi sumber air seperti itu sangat jarang, sedangkan sumber air lainnya
seperti mata air, danau, sungai, dan sumur yang bermacam-macam dari mana air
dapat dipompa lebih umum didapat.
c) Mesin Penyemprot
Alat
penyemprot tangan/penyemprot gendong (hand sprayer) yang digunakan di
kalangan pertanian adalah penyemprot tipe gendong. Dua jenis mesin penyemprot
yang paling populer di Indonesia adalah penyemprot otomatis dan semi otomatis.
Pengabut bermotor tipe gendong (power mist blower and duster)
berdasarkan prinsip kerjanya dibagi menjadi dua, yakni: pengabut bermotor
dengan perlengkapan pompa (mist pump)/agitasi mekanis dan pengabut
bermotor dengan sistem tekanan udara (air pressure)/agitasi
udara. Pengabut bermotor dengan sistem tekanan udara mempunyai konstruksi
yang jauh lebih praktis, bobot yang sangat ringan, dan pelayanan untuk
pergantian sebagian kecil perlengkapan untuk fungsi pengabutan yang sangat
sederhana dan memerlukan waktu yang singkat (Hardjosentono, 104-113:2002).
d) Mesin Prosesing Hasil
Mesin perontok gabah (paddy thresher)
Jenis
padi yang ditanam di Indonesia ada dua macam, yaitu padi bulu dan padi cere
(tak berbulu). Padi bulu umumnya tidak mudah rontok, dituai secara gedengan
(buliran), dan dirontok ketika hendak digiling menjadi beras. Padi cere mudah
rontok dan biasanya dipotong dengan tangkai pendek atau pada pangkal batang;
kemudian dirontok. Cara merontok yang paling sederhana adalah dengan diiles (diinjak-injak
dengan kaki). Alat-alat perontok yang sederhana berupa kayu atau bambu pemukul,
tongkat perontok, sisir perontok, rak perontok pondok pengerik, dan lain-lain,
bergantung pada kebiasaan di daerah masing-masing.
Mesin
perontok yang digerakkan dengan motor biasanya dilengkapi dengan alat (blower)
pengembus kotoran-kotoran yang tidak diinginkan. Berdasarkan jumlah drumnya,
ada mesin perontok dengan drum tunggal dan drum ganda. Butir-butir gabah yang
masih menempel pada malai akan dihantam gigi-gigi perontok hingga rontok dari
bulirnya. Gabah hendaknya sudah betul-betul tua dengan kadar air 20-22%
(maksimum). Gabah akan hancur/pecah jika kadar airnya lebih besar. Cara
pengoperasian alat ini berbeda-beda. Ada yang dipegangi pangkal malai/batang
padi dan ada pula yang dilemparkan langsung ke dalam ruangan perontok.
Pada
sistem yang terakhir ini, malai padi dipotong sependek mungkin agar perontokan
sempurna. Pada alat perontok tersebut terdapat saringan gabah yang terletak di
bawah drum perontok yang berfungsi sebagai saringan kotoran. Gabah turun ke
bawah dan melewati saringan itu. Kotorannya, yang tidak dapat melewati
saringan, akan dihembuskan ke luar oleh kipas pengembus. Dengan sebuah screw
conveyor (pendorong berbentuk uliran/sekrup), gabah yang turun ke
bawah ini didorong ke samping, ke luar dari badan perontok, dan ditampung dalam
karung. Cara pembersihan gabah oleh alat pengembus dapat berlangsung dengan
pemisahan tunggal, pemisahan ganda, maupun pemisahan 3 tingkat.
Mesin pengupas gabah (huller)
Penggilingan
gabah menjadi beras sosoh, dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama
proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Gabah
kering giling berarti gabah yang sudah kering dan siap untuk digiling. Ada
beberapa model dan tipe mesin pengupas gabah. Besarnya kapasitas penggunaannya
sangat bervariasi; ada yang kecil, sedang, dan besar. Mesin ini sering
disebut huller atau husker. Beras yang dihasilkan
dari alat ini dinamakan beras pecah kulit. Beras ini berwarna kelabu putih,
karena masih dilapisi lapisan dedak halus. Untuk menyosohnya menjadi beras
sosoh, dibutuhkan alat lain yang akan memproses lebih lanjut.
Mesin Penyosoh Beras
Beras
pecah kulit yang dihasilkan alat pengupas kulit, berwarna gelap kotor dan tidak
bercahaya, karena bagian luarnya masih dilapisi lapisan kulit ari. Kulit ari
atau lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah kulit ini,
sehingga berasnya nampak lebih putih, lebih bersih, dan bercahaya. Proses
perubahan beras pecah kulit dengan cara menghasilkan bekatul menjadi beras
sosoh disebut “proses penyosohan” (atau proses pemutihan beras). Hasil akhir
proses ini adalah beras sosoh dengan hasil samping (ikutan) berupa bekatul atau
dedak halus.
Dewasa
ini, berbagai macam model dan tipe mesin penyosoh beras yang sudah banyak
digunakan di Indonesia, baik yang diimpor maupun yang telah dibuat di dalam
negeri. Alat ini dapat berdiri sendiri dan terpisah dari alat pengupas gabah,
atau dapat pula merupakan suatu kesatuan (unit) mesin pengupas gabah dan
penyosoh beras yang digabungkan sekaligus. Masing-masing model mempunyai diri
dan spesifikasi tertentu, yang harus diperhitungkan oleh pemilik dan
operatornya. Keterampilan operator ikut menentukan tingginya efisiensi kerja
mesin yang digunakan.
e) Pupuk
Petani
memerlukan pupuk untuk merawat tanamannya. Sebelum ditemukannya pupuk
anorganik, para petani menggunakan pupuk alami (pupuk kandang dan pupuk hijau).
Tetapi setelah ditemukannya pupuk anorganik yang dipercaya bisa memaksimalkan
hasil produksi tanamannya, sebagian besar petani pindah menggunakan pupuk
kimia. Pupuk jenis ini selain bisa memaksimalkan hasil produksi juga bisa
membuat kerusakan lingkungan. Berikut adalah bagan jenis-jenis pupuk baik
organik maupun anorganik (Redaksi Agromedia, 2007).
2.3 Perkembangan Pertanian
Pembanguna Pertanian (A.T.Mosher) Ada 5
syarat pokok yang harus tersedia:
(1) Tersedia pasar untuk hasil usaha tani; implikasinya harus ada permin taan (pasar dlm negeri maupun ekspor), lembaga atau perusahaan pemasaran yang bekerja harus efisien.
(2) Adanya teknologi yg selalu berubah; perlu teknologi shg produktivitas dapat meningkat dan menghemat inputà menggeser Kurva Produksi Total. Teknologi baru hasil penelitian, harus dicoba dilokasi petani (demplot dll).
(3)Tersedia bahan-bahan & alat-alat produksi secara lokal; artinya harus dekat dg petani sehingga saat petani membutuhkan input tersebut ada dekat usahatani. Lima sifat input yang harus ada (a) dpt digunakan secara tekhnis & efektif, (b) mutu dpt dipercaya, (c) harga murah, (d) tersedia setiap petani membutuhkan dn (e) penjualan harus dalam ukuran yang sesuai keinginan petani
(4) Ada Perangsang produksi (insentif); artinya untuk meningkatkan produksi harus bersifat ekonomi : harga yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar & tersedia barang/jasa yang ingin dibeli petani dan kel (RTP)
(5) Adanya pengangkutan (transportasi); artinya sarana dan prasarana pengankut hrs baik, shg biaya pengankutan dpt murah dn hasil ushtani dpt dijual kepsr.
Ke lima syarat pokok ini, menurut AT Mosher harus tersedia, sehingga Pembangunan Pertanian dapat terjadi.
(1) Tersedia pasar untuk hasil usaha tani; implikasinya harus ada permin taan (pasar dlm negeri maupun ekspor), lembaga atau perusahaan pemasaran yang bekerja harus efisien.
(2) Adanya teknologi yg selalu berubah; perlu teknologi shg produktivitas dapat meningkat dan menghemat inputà menggeser Kurva Produksi Total. Teknologi baru hasil penelitian, harus dicoba dilokasi petani (demplot dll).
(3)Tersedia bahan-bahan & alat-alat produksi secara lokal; artinya harus dekat dg petani sehingga saat petani membutuhkan input tersebut ada dekat usahatani. Lima sifat input yang harus ada (a) dpt digunakan secara tekhnis & efektif, (b) mutu dpt dipercaya, (c) harga murah, (d) tersedia setiap petani membutuhkan dn (e) penjualan harus dalam ukuran yang sesuai keinginan petani
(4) Ada Perangsang produksi (insentif); artinya untuk meningkatkan produksi harus bersifat ekonomi : harga yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar & tersedia barang/jasa yang ingin dibeli petani dan kel (RTP)
(5) Adanya pengangkutan (transportasi); artinya sarana dan prasarana pengankut hrs baik, shg biaya pengankutan dpt murah dn hasil ushtani dpt dijual kepsr.
Ke lima syarat pokok ini, menurut AT Mosher harus tersedia, sehingga Pembangunan Pertanian dapat terjadi.
Perkembangan
pertanian berhubungan erat dengan perkembangan dari setiap kondisi
masyarakatnya.
Contoh:
1.
Primitif masih dengan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan.
2. Masyarakat yang sudah lebih maju misalnya didapatkannya api
berpengaruh terhadap
perkembangan pertanian.
3. Setelah mengenal manajemen sederhana, juga berpengaruh dalam usaha
peningkatan kualitas tanaman dan hewan, dimulai dari penjinakan, seleksi dan sampai
ke adaptasi.
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai
peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini
merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah
dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan
lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program
pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan
sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang
sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita
tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat
ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan
pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional.
Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan
beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa
terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar
namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih
banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah
pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap
sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai
beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan
kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha
pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha
dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang
masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal,
(f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan
terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap
kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang
sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga
terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah
lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di
Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih
bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada
beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran
Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya
penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan
pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak
hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga
dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di
Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah
dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk
mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia.
Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk
menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu
mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga
tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila
menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Strategi
pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
- Optimalisasi program pertanian organik secara
menyeluruh di Indonesia serta menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk
pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.
- Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya
kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh
undang-undang.
- Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan
kepada petani, berupa program insentif usaha tani, program perbankan
pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada
petani, serta pengembangan industrialisasi yang berbasis
pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber
informasi IPTEK.
- Indonesia harus mampu keluar dari WTO dan segala
bentuk perdagangan bebas dunia pada tahun 2014.
- Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan
teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta
pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil penelitian ilmuwan lokal.
- Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
- Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh
pertanian.
- Membuat dan memberlakukan Undang-Undang
perlindungan atas Hak Asasi Petani.
- Memposisikan pejabat dan petugas di setiap
instansi maupun institusi pertanian dan perkebunan sesuai dengan bidang
keilmuannya masing-masing.
- Mewujudkan segera reforma agraria.
- Perimbangan muatan informasi yang berkaitan
dengan dunia pertanian serta penyusunan konsep jam tayang khusus untuk
publikasi dunia pertanian di seluruh media massa yang ada
- Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian
yang terintegrasi melalui penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian
(inkubator bisnis) berupa pelatihan dan pemagangan (retoling) yang
berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha,
program pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda melalui kegiatan
magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju,
peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
pertanian, pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik
generasi muda, serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali
potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan
generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan
kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, seperti
olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada anak, agriyouth camp,
dan lain-lain.
- Membrantas mafia-mafia pertanian.
- Melibatkan mahasiswa dalam program pembangunan
pertanian melalui pelaksanaan bimbingan massal pertanian, peningkatan daya
saing mahasiswa dalam kewirausahaan serta dana pendampingan untuk
program–program kemahasiswaan.
Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan
pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya
merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun.
Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun
diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional.
Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga
terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Pembangunan pertanian
harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk dapat
menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan
masyarakat yang sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem
pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan mapan. Dimana Sistem tersebut harus
dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistik.
III.
KESIMPULAN
1.
Usahatani
merupakan kegiatan dimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu.
2.
Teknologi moden banyak membantu peningkatan
pengeluaran makanan berasaskan pertanian dan penternakan.
3.
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai
peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.http://dherinz-poenya.blogspot.com/2010/11/makalah-ekonomi-pertanian.html.diakses pada 20 November 2013 pukul 20.00 WIB.
Hardjosentono,
Mulyoto., Wijanto., Elon Rachlan dkk. 2002. Mesin-mesin
Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Redaksi
Agromedia. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis: Petunjuk
Pemupukan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Soekartawi, et al. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk
Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press.
Komentar
Posting Komentar