REISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR (laporan bioekologi penyakit tanaman)
REISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)
Oleh
Karina Zulkarnain
1314121095
Kelompok
8
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit tanaman merupakan kondisi dimana tanaman
mengalami gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus akibat penyakit
primer dan menimbulkan gejala. Penyakit ini lebih sering kita kenal dengan sebutan patogen. Penyebab penyakit dapat digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu biotic dan abiotik. Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah
untuk diketaui karena gejalanya khas, tetapi lebih
banyak yang sulit diketahui penyebabnya karena gejala yang terlihat banyak yang mirip satu sama lain.
Apalagi penyebabnya kebanyakan adalah adanya organisme yang sukar dilihat
dengan mata telanjang.
Salah satu cara untuk mengetahui penyakit tanaman adalah metode Postulat
Koch. Dengan metode Postulat Koch kita dapat
mengidentifikasi suatu patogen yang tidak diketahui yang menyebabkan penyakit
tersebut .Dalam metode postulat Koch ini terdapat
beberapa tahapan yaitu isolasi untuk menumbuhkan
atau membiakan patogen kedalam media buatan (PDA), kemudian dilakukan inokulasi
untuk mengetahui gelaja pada tanaman inang sama dengan gejala yang
diidentifikasi , setelah itu di reisolasi mengidentikifaksi biakan yang sama
yang sudah dinokulasi dan terakhir identifikasi dimana proses terakhir yang
dilakukan untuk mengetahui penyakit pada tanaman inang yang sakit sama dengan
yang diidentifikasi.
Dalam Postulat Koch
disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka
organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu
berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme
(patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni. Ketiga, hasil
isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit
yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Keempat, dari tanaman
yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil isolasi
yang pertama. Postulat Koch ini dapat membuktikan bahwa hasil isolasi tanaman
sakit jika diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit
yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Praktikum kali ini akan
mengisolasi Colletotrichum capsici ke
cabai yang masih sehat.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
1.
Memindahkan media
dari habitat asli ke media buatan.
2.
Mengembangbiakan
suatu media.
3.
Mengetahui cara
reisolasi patogen.
4.
Mengidentifikasi suatu
patogen.
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah bor, Laminar Air Flow (LAF), jarum oose, bunsen, dan
mikroskop.
Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah media baru (PDA), jamur, asam laktat,
dan alcohol.
2.2
Prosedur
Praktikum
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini
adalah :
2.2.1 Reisolasi Jamur Collectotrichum
capsici
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
Laminar Air Flow (LAF).
2. Dinyalakan lampu spritus lalu dimasukkan ke dalam Laminar
Air Flow (LAF).
3. Diambil jamur yang telah diisolasi dengan bor, yaitu
setengah media PDA dan setengan media yang sudah terkena jamur yang letaknya
dipinggir.
4. Disiapkan media PDA yang baru sambil diputar dan
dipanaskan.
5. Diletakkan jamur yang ada pada bor ke media baru.
6. Ditutup media tersebut lalu diamati.
2.2.2
Identifikasi Jamur
1. Disiapkan jamur yang akan diamati.
2. Diambil sedikit jamur dengan menggunakan jarum ose.
3. Diletakkan jamur yang telah diambil pada kaca preparat.
4. Diamati dibawah mikroskop lalu ditentukan bentuknya.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Table 1. Hasil
pengamatan
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
|
2.
|
|
Pengamatan hari ke-2 pada hari jum’at tanggal 25 Oktober 2014. Hifa berwarna putih mulai tumbuh. |
3.
|
|
Pengamatan hari ke-5 pada hari senin tanggal 27
Oktober 2014.
Pertumbuhan hifa sudah mulai terlihat dan semakin
membesar.
|
3.2
Pembahasan
3.2.1 Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici
Colletotrichum capsici
|
|
Kingdom:
|
|
Phylum:
|
|
Subphylum:
|
|
Class:
|
|
Order:
|
|
Family:
|
|
Genus:
|
|
Species:
|
C.
capsici
|
(Campbell,2003).
3.2.1.2 Siklus hidup jamur Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau jamur ini menyerang daun dan batang. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur Colletotrichum capsici hanya terjadi melalui luka – luka (Dwidjoseputro,1994).
3.2.1.2 Siklus hidup jamur Colletotrichum capsici
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau jamur ini menyerang daun dan batang. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur Colletotrichum capsici hanya terjadi melalui luka – luka (Dwidjoseputro,1994).
3.2.1.3
Mekanisme jamur Colletotrichum
capsici
Mekanisme Jamur Colletotrichum capsici yang menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Hadioetomo,1993).
Mekanisme Jamur Colletotrichum capsici yang menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu Jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Hadioetomo,1993).
3.2.1.4 Gejala
yang ditimbulkan jamur Collectotrichum capsici
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yaitu mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yg lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yg terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur, pada buah yg masih hijau atau yg sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat (Ogoshi,1985).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yaitu mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yg lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yg terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur, pada buah yg masih hijau atau yg sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat (Ogoshi,1985).
3.2.1.5
Pengendalian jamur Collectotrichum capsici
Pengendalian jamur Collectotrichum capsici pada tanaman cabai dapat dikendalikan dengan tidak menanam biji yang telah terinfeksi, tidak menanam pada musim hujan karena di saat udara sangat lembab tetapi hangat sehingga jamur biasanya muncul dan berkembang pesat, menggunakan fungisida organik, Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan, Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase dan kesuburan tanah yang baik), Sanitasi terhadap bagian atau sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi, kemudian dibakar, Pergiliran tanaman, Perbaikan drainase, serta pemanfaatan agens hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas Flourencens dan Bacillus subtilis (Pelczar,2006).
Pengendalian jamur Collectotrichum capsici pada tanaman cabai dapat dikendalikan dengan tidak menanam biji yang telah terinfeksi, tidak menanam pada musim hujan karena di saat udara sangat lembab tetapi hangat sehingga jamur biasanya muncul dan berkembang pesat, menggunakan fungisida organik, Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan, Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase dan kesuburan tanah yang baik), Sanitasi terhadap bagian atau sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi, kemudian dibakar, Pergiliran tanaman, Perbaikan drainase, serta pemanfaatan agens hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas Flourencens dan Bacillus subtilis (Pelczar,2006).
3.2.2
Klasifikasi Jamur Colletotrichum Gloeosporioides
Colletotrichum
Gloeosporioides
|
|
Kingdom:
|
|
Phylum:
|
Mycota
|
Subphylum:
|
Eumycotyna
|
Class:
|
Deuteromycetes
|
Order:
|
Melanconiales
|
Family:
|
Melanconiaceae
|
Genus:
|
|
Species:
|
Colletotrichum gloeosporioides
|
(Sarles,1956).
3.2.2.1 Siklus hidup jamur Colletotrichum
gloeosporioides
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum gloeosporioides yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu awalnya cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, lalu cendawan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Cendawan menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah – buah yang lain. Cendawan hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu cendawan dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Purnomo,2013).
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum gloeosporioides yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu awalnya cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, lalu cendawan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Cendawan menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah – buah yang lain. Cendawan hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu cendawan dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Purnomo,2013).
3.2.2.2 Mekanisme jamur Colletotrichum
gloeosporioides
Mekanisme Jamur Colletotrichum gloeosporioides yang menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu patogen awalnya menginfeksi utuh, non-terluka buah hijau yang belum matang di lapangan. Spora berkecambah dan membentuk appressoria pada permukaan buah. Jamur, menggunakan appressoriumnya, enzimatik menembus kutikula dan kemudian tetap sebagai sub-kutikula hifa sampai klimakterik pasca tahap pertumbuhan buah dicapai. Pada titik ini, jamur mengalami pertumbuhan pesat dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Kondisi lingkungan yang menguntungkan patogen adalah suhu tinggi, 28ûC yang optimal, dan kelembaban tinggi. Spora harus mendapat air yang cukup untuk berkecambah, perkecambahan diabaikan bawah kelembaban relatif 97%. Spora hanya dibebaskan dari acervuli ketika ada banyak kelembaban. Pukulan ombak dari hujan adalah sarana umum menyebar. Keparahan penyakit ini cenderung menurun saat cuaca kering. Sinar matahari, kelembaban rendah dan temperatur ekstrem dapat cepat menginaktivasi spora ( Semangun,1996).
Mekanisme Jamur Colletotrichum gloeosporioides yang menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu patogen awalnya menginfeksi utuh, non-terluka buah hijau yang belum matang di lapangan. Spora berkecambah dan membentuk appressoria pada permukaan buah. Jamur, menggunakan appressoriumnya, enzimatik menembus kutikula dan kemudian tetap sebagai sub-kutikula hifa sampai klimakterik pasca tahap pertumbuhan buah dicapai. Pada titik ini, jamur mengalami pertumbuhan pesat dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Kondisi lingkungan yang menguntungkan patogen adalah suhu tinggi, 28ûC yang optimal, dan kelembaban tinggi. Spora harus mendapat air yang cukup untuk berkecambah, perkecambahan diabaikan bawah kelembaban relatif 97%. Spora hanya dibebaskan dari acervuli ketika ada banyak kelembaban. Pukulan ombak dari hujan adalah sarana umum menyebar. Keparahan penyakit ini cenderung menurun saat cuaca kering. Sinar matahari, kelembaban rendah dan temperatur ekstrem dapat cepat menginaktivasi spora ( Semangun,1996).
3.2.2.3 Gejala yang ditimbulkan jamur Collectotrichum gloeosporioides
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum gloeosporioides pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu pada daun terjadi bercak-bercak tidak teratur dengan ukuran kurang dari 5 mm, kecuali bila terjadi penyatuan bercak-bercak tersebut. Pusat bercak sering pecah sehingga menyebabkan bercak berlubang. Daun yang sakit mengering dan gugur. Serangan pada tangkai daun dapat menyebabkan daun layu dan rontok. Pada batang muda bercak-bercak berwarna kelabu yang bisa berkembang dan menggelangi batang yang dapat menyebabkan matinya bagian yang terserang. Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca lembab, dan dapat menyebabkan rontoknya sebagian atau seluruh kuncup bunga. Buah juga dapat terinfeksi, pada buah-buah yang matang terlihat gejala khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu daging buah membusuk (Soetarto,2010).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum gloeosporioides pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu pada daun terjadi bercak-bercak tidak teratur dengan ukuran kurang dari 5 mm, kecuali bila terjadi penyatuan bercak-bercak tersebut. Pusat bercak sering pecah sehingga menyebabkan bercak berlubang. Daun yang sakit mengering dan gugur. Serangan pada tangkai daun dapat menyebabkan daun layu dan rontok. Pada batang muda bercak-bercak berwarna kelabu yang bisa berkembang dan menggelangi batang yang dapat menyebabkan matinya bagian yang terserang. Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca lembab, dan dapat menyebabkan rontoknya sebagian atau seluruh kuncup bunga. Buah juga dapat terinfeksi, pada buah-buah yang matang terlihat gejala khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu daging buah membusuk (Soetarto,2010).
3.2.2.4
Pengendalian jamur Collectotrichum
gloeosporioides
Pengendalian jamur Collectotrichum capsici pada tanaman cabai dapat dikendalikan dengan cara melakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit, memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya (Suharni,1999).
Pengendalian jamur Collectotrichum capsici pada tanaman cabai dapat dikendalikan dengan cara melakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit, memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya (Suharni,1999).
3.2.3 Pengertian kultur murni
Dalam pemurnian
mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni. Isolasi mikroba
adalah memindahkan mikroba dengan lingkungannya dengan mengisolasi mikroba
bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang tidak kita butuhkan
segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari
pembelahan dari satu sel tunggal, artinya mikroba ditumbuhkembangkan dari
bakteri yang dihomogenkan dengan kata lain bakteri di isolasikan agar
didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan (Suryanto,2010).
3.2.4 Macam-macam metode isolasi
Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macam-macam metode
isolasi tersebut antara lain:
1. isolasi tunggal
merupakan metode isolasi dengan
cara meneteskan bahan yang
mengandung mikroorganisme pada suatu
kaca penutup dengan menggunakan mikropipet,
yang kemudian diteliti dibawah obyektif mikroskop.
2. isolasi gores
merupakan metode isolasi dengan
cara menggeser atau menggoreskan
ujung jarum ose yang
telah mengandung mikroorganisme
dengan hati-hati di atas
permukaan agar secara zig
zag yang dimulai dari
dasar tabung menuju ke
bagian atas tabung.
3. isolasi tebar
merupakan metode isolasi dengan
cara menebarkan bahan yang mengandung
mikroorganisme pada permukaan atas tabung.
4. isolasi tuang
merupakan metode isolasi dengan
cara mengambil sedikit sampel
campuran bakteri yang telah
diencerkan dan sampel tersebut
kemudian disebarkandidalam suatu medium dari kaldu dan gelatin
encer (Subakti,2010).
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah
1.
Capsici menimbulkan gejala berupa bintik-bintik hitam pada
tanaman.
2.
Pengendalian pada jamur capsici berupa sanitasi, memperbaiki
pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma
dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan.
3.
Jamur capsici bila diamati dibawah mikroskop memiliki bentuk
berupa bulan sabit.
4.
Jamur gloeosporioides
bila diamati dibawah mikroskop memiliki
bentuk berupa bulir padi.
5.
Pengendalian jamur gloeosporioides berupa
sanitasi pohon, mengatur jarak tanam, menghindari tejadi luka pada tanaman,
penyemprotan menggunakan fungisida.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi
Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ogoshi, A., B. Sneh and L. Burpee. 1985.Identification of Rhizoctonia sp. APS
Press.Minnesota.
Pelczar,
M.J. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta.,
2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Purnomo, Bambang dkk. 2013.Penuntun praktikum penyakit tanaman. Laboratorium IHPT . Fakultas
Pertanian UNIB.
Sarles, William Bowen, et al. 1956. Microbiology: General and Applied, second editon .Harper and.
Brothers, New York, USA.
Semangun, H. 1996.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univ Press.Yogyakarta.
Soetarto,
E.S., T.T. Suharni, S.Y. Nastiti, dan L.Sembiring, 2010.Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.
Suharni,
T.T, S.J. Nastiti, dan A.E.S. Soetarto, 1999. Mikrobiologi Umum a Lecture. Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada. Jogjakarta.
Suryanto. 2010.
Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta
: Kanisius.Soesanto. 2006. Penyakit Pasca
Panen. Yogyakarta : Kanisius.
Subakti, T. 2010. Pemurnian Mikroba. Bandung : UNPAD.
Komentar
Posting Komentar