PENGENALAN ORDO HEMIPTERA, THYSANOPTERA, DAN ISOPTERA
PENGENALAN
ORDO HEMIPTERA, THYSANOPTERA, DAN ISOPTERA
(Laporan
Praktikum Bioekologi Hama Tanaman)
Oleh
Karina Zulkarnain
1314121095
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hemiptera berasal dari kata Hemi (setengah) dan ptera (sayap).
Berarti sayap serangga dalam ordo ini setengah tebal dan setengahnya lagi tipis
sayap seperti ini biasa disebut hemelytra, ordo ini dibagi menjadi dua subordo
yaitu cryptocerata dan gymnocerata. Yang termasuk heteroptera biasanya serangga
yang pasangan sayap mukanya pada bagian dasarnya menebal dan bagian ujungnya
tipis seperti membrane. Serangga pada ordo Hemiptera memiliki dua pasang sayap,
yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap belakang transparan.
Serangga ini mengalami metamorfosis tidak sempurna dan mempunyai tipe mulut
mandibulata yaitu menusuk atau menghisap.
Contoh serangga dari ordo Hemiptera adalah kepik hijau (Nezara Virindula), assassin
bug (Arilus Cristatus), kutu hijau (Coccus
viridis), kutu apis (Aphis sp.), dan water
giant bug (Aposus japonicas).
Isoptera
berasal dari kata iso (sama) dan ptera (
sayap) . Serangga ini berukuran kecil, bertubuh lunak dan biasanya
berwarna coklat pucat. Antenna pendek dan berbentuk seperti benang atau seperti
rangkaian manic. Sersi biasanya pendek. Serangga dewasa ada yang bersayap dan
ada yang tidak bersayap. Jika bersayap, maka jumlahnya dua pasang, bentuk
bentuk memanjang. Ukuran serta bentuk sayap sama. Pada saat istirahat sayap
diletakkan Mendatar Di Atas Tubuh. Alat Mulut Menggit-Mengunyah Kadang
Mempunyai Mata Majemuk. Tarsus beruas tiga sampai empat. Bermetamorfosis
paurometabola dan hidup dan berkembang pada kayu yang lapuk. Serangga pada oedo
isoptera memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama.Serangga
ini juga mengalami metamorfosis tidak sempurna, sama seperti ordo hemiptera.
Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang
disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atau
tentara.
Kata thysanoptera berasal dari bahasa yunani, yaitu thysano (rumbai-rumbai) dan ptera (sayap). Artinya, serangga ini memiliki sayap yang tepinya berumbai-rumbai. Serangga yang termasuk dalam ordo ini disebut thrips. Panjang thrips sekitar !-2 mm, badanya berwarna hitam, kadang ada titik merah atau garis merah, datar dan langsing. Sementara itu warna thrips yang masih muda ada yang pucat keputihan, kekuningan atau jernih, serta kulit mengkilap jingga atau merah. Bagian mulut thrips digunakan untuk menusuk dan mengisap. Thrips mengisap cairan dari permukaan daun sehingga akan terjadi bercak yang berwarna putih, seperti perak. Meskipun umumnya merugikan tetapi ada juga thrips yang tidak merugikan tetapi ada juga jenis thrips yang memakan madu dari bunga-bungaan atau terdapat pada cendawan dan ganggang pada kulit pohon. Dan ada juga yang menjadi predator tungau dan kutu-kutu kecil seperti thrips aleurodothrips yang menyerang kutu-kutu perisai.
Kata thysanoptera berasal dari bahasa yunani, yaitu thysano (rumbai-rumbai) dan ptera (sayap). Artinya, serangga ini memiliki sayap yang tepinya berumbai-rumbai. Serangga yang termasuk dalam ordo ini disebut thrips. Panjang thrips sekitar !-2 mm, badanya berwarna hitam, kadang ada titik merah atau garis merah, datar dan langsing. Sementara itu warna thrips yang masih muda ada yang pucat keputihan, kekuningan atau jernih, serta kulit mengkilap jingga atau merah. Bagian mulut thrips digunakan untuk menusuk dan mengisap. Thrips mengisap cairan dari permukaan daun sehingga akan terjadi bercak yang berwarna putih, seperti perak. Meskipun umumnya merugikan tetapi ada juga thrips yang tidak merugikan tetapi ada juga jenis thrips yang memakan madu dari bunga-bungaan atau terdapat pada cendawan dan ganggang pada kulit pohon. Dan ada juga yang menjadi predator tungau dan kutu-kutu kecil seperti thrips aleurodothrips yang menyerang kutu-kutu perisai.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
jenis-jenis serangga yang termasuk ordo Hemiptera, Isoptera dan Thysanoptera.
2.
Mengetahui bagian-bagian
tubuh dari ordo Hemiptera,
Isoptera dan Thysanoptera.
3.
Mengetahui ciri-ciri
morfologi dari ordo Hemiptera, Isoptera dan Thysanoptera.
4. Mengetahui gejala yang terlihat dan
cara pengendaliannya.
II.
METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
Pengenalan Ordo Hemiptera, Tysanoptera dan Isoptera dilakukan pada tanggal 24
Oktober 2014 pukul 07.30 WIB s/d 09.30 WIB di Laboratorium Hama, Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
2.2. Alat dan
Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri.
Sedangkan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kepik Hijau, Kepik Pembunuh, Tirips,
Rayap, Kutu Hijau, Kutu Aphid dan Kepik Air Raksasa.
2.3. Prosedur
Percobaan
Adapun prosedur
percobaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan diamati.
2. Diamati
bahan yang telah disiapkan di cawan petri.
3. Dideskripsikan
bahan yang telah disiapkan.
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Adapun tabel
hasil pengamatan yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
No.
|
Nama
|
Foto
|
1
|
Kepik
Hijau
Famili : Pentatomidae
Spesies : Nezara viridula |
|
2
|
Kepik
Pembunuh
(Assasin Bug)
Famili :
Reduviidae
Spesies : Arilus Cristatus |
|
3
|
Tirips
Famili : Thripidae
Spesies : Thrips sp. |
|
4
|
Rayap
Famili :
Termitidae
Ordo : Isoptera |
|
5
|
Kutu
Hijau
Famili :
Coccidae
Spesies : Coccus viridis |
|
6
|
Kutu
Aphid
Famili :
Aphididae
Spesies : Aphis sp. |
|
7
|
Kepik
Air Raksasa
(Water Giant Bug)
Famili :
Belostomitidae
Spesies : Aposus japonicus |
|
3.1
Pembahasan
3.1.1
Kepik Hijau
- Nezara viridula
(Hemiptera : Pentatomidae)
Kepik Hijau memiliki
sepasang sungut yang beruas ruas. memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies
ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal. Bentuk tubuh
pipih, memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke
bawah. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian
ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang
membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala
dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli, mempunyai alat mulut
menusuk dan meghisap yang muncul dari depan kepala dan dinamakan stylet (Amalia,2010).
Gejala
yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
- Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
- buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
- Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
- Pada batang terdapat bekas tusukan atau hisapan kepik
- buah tanaman padi yang diserap memiliki noda bekas isapan atau tusukan.
- Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara menghisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.
Cara
pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah :
- Dengan menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
- pergiliran tanaman
- penanaman serempak
- pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam (Sudarsono,2003).
- Dengan menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
- pergiliran tanaman
- penanaman serempak
- pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam (Sudarsono,2003).
3.1.2
Assassin Bug – Arilus Cristatus (Hemiptera :
Redudiidae)
Kepik leher adalah pemangsa yang mengesankan. Banyak jenis kepik ini
berukuran besar, dengan panjangnya 2 cm atau lebih, tetapi ada juga yang lebih
kecil. Bila menemukan serangga untuk dimakan, ia membuka mulut pembuluhnya yang
tajam, menusukkan mulutnya ke serangga yang ditangkap dan mengisap bagian
dalamnya. Kepik ini adalah pemangsa ulat-ulat, kutu, kepik pengisap (seperti
Helopeltis) dan serangga lainnya. Kepik leher adalah pemburu yang sangat
efektif. Sebagian jenis kepik ini aktif siang hari dan sebagian malam hari.
Beberapa jenis kepik leher meletakkan kumpulan telur pada permukaan tanaman.
Jenis lain meletakkan telur secara terpisah. Nimfa kepik leher bentuknya mirip
dengan dewasa, tetapi lebih kecil dan tidak mempunyai sayap sempurna , jadi
tidak dapat terbang. Debu dan kotoran menempel pada badan beberapa jenis,
sehingga tersamar. Banyak jenis kepik leher dewasa berwarna coklat atau hitam,
tetapi ada juga yang berwarna terang, ada pula yang berbentuk aneh, seperti
daun kering (Widiyaningrum,2009).
Cara pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah :
- Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan
kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk
memelihara dan melakukan pelepasan musuh-musuh alami,
- Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama,
kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk
menekan populasi serangga hama sasaran (Amir,2003).
3.1.3 Trips – Thrips sp. (Thysanoptera : Thripidae)
3.1.3 Trips – Thrips sp. (Thysanoptera : Thripidae)
Hama thrips sangat mudah untuk ditemukan di areal pertanaman. Bentuk tubuhnya
langsing dengan panjang sekitar 1-2 mm,
berwarna hitam dengan bintik-bintik atau garis merah. Telur thrips berbentuk
oval. Telur menetas menjadi nimfa, tidak bisa terbang dan hanya
meloncat-loncat. Thrips muda (nimfa) biasanya berwarna agak keputihan,
kekuningan, hingga kemerahan. Serangga dewasa (imago) berwarna kuning pucat,
coklat atau hitam. Thrips akan berubah warna menjadi lebih gelap pada suhu
rendah. serangga betina memiliki dua pasang sayap kecil dan terdapat rambut berumbai
di bagian samping tubuhnya, sedangkan serangga jantannya tidak bersayap. Thrips
memiliki mulut asimetris yang berfungsi untuk menusuk dan menghisap tanaman,
terutama pada bagian daun muda, kuncup atau tunas, bunga, dan buah muda.
Masing-masing tanaman memiliki ketahanan yang berbeda terhadap spesies thrips,
tergantung pada ketebalan epidermisnya (Borror,1996).
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
- Dampak langsung serangan : Gejala awal pada permukaan bawah daun berwarna keperak – perakan mengkilat, dan pada serangan lanjut daun akan berwarna coklat, hingga proses metabolisme akan terganggu. Selanjutnya pada daun akan menjadi keriting dan keriput . Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanamanterhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Serangan pada buah menimbulkan bercak – bercak kecoklatan pada pangkal buah, sehingga kualitas buah sangat menurun (Eggleton,1995).
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
- Dampak langsung serangan : Gejala awal pada permukaan bawah daun berwarna keperak – perakan mengkilat, dan pada serangan lanjut daun akan berwarna coklat, hingga proses metabolisme akan terganggu. Selanjutnya pada daun akan menjadi keriting dan keriput . Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanamanterhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Serangan pada buah menimbulkan bercak – bercak kecoklatan pada pangkal buah, sehingga kualitas buah sangat menurun (Eggleton,1995).
Dampak
secara tidak langsung : Trips merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus
keriting. Gejala serangan awal timbul akibat hama menghisap cairan permukaan
bawah daun dan atau bunga ditandai oleh bercak – bercak keperakan mengkilat,
daun akan menjadi keriting atau keriput. Jika serangan terjadi pada awal
pertanaman maka akan terjadi gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan
pada akhirnya layu dan kemudian akan mati
(Pracaya,2008).
Cara pengendalian
yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah :
- Secara kultur teknis, dengan mempraktekkan penyiapan bedengan bermulsa plastik hitam perak,
mengatur pergiliran (rotasi) tanaman yang bukan sefamili, dan mengatur waktu
tanam yang baik (tepat).
- Secara biologi (hayati) dengan memanfaatkan musuh – musuh alami hama thrips, yaitu kumbang Coccinellidae, tungau predator, kepik Anthocoridae, dan kumbang Staphulinidae.
- Memasang perangkap perekat hama, misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif Trap Paper (IATP) berwarna kuning.
- Monitoring hama untuk menentukan Ambang Kendali. Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai 15 %, perlu dilakukan penyemprotan insektisida.
- Secara kimawi, dengan penyemprotan insektisida secara selektif, misalnya Mesurol 50 WP, Pegasusu 500 SC atau Perfekthion 400 EC, Agrimec 18 EC, Confidor 200 SL, Curacron 500EC, , pada waktu sore hari (Pracaya,2008).
- Secara biologi (hayati) dengan memanfaatkan musuh – musuh alami hama thrips, yaitu kumbang Coccinellidae, tungau predator, kepik Anthocoridae, dan kumbang Staphulinidae.
- Memasang perangkap perekat hama, misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif Trap Paper (IATP) berwarna kuning.
- Monitoring hama untuk menentukan Ambang Kendali. Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai 15 %, perlu dilakukan penyemprotan insektisida.
- Secara kimawi, dengan penyemprotan insektisida secara selektif, misalnya Mesurol 50 WP, Pegasusu 500 SC atau Perfekthion 400 EC, Agrimec 18 EC, Confidor 200 SL, Curacron 500EC, , pada waktu sore hari (Pracaya,2008).
3.1.4 Rayap Laron – ( Isoptera : Termitidae)
Laron
merupakan salah satu tahap perkembangan rayap, serangga yang hidup berkoloni
seperti semut. Rayap memiliki tiga kasta yaitu kasta reproduktif, kasta
prajurit, dan kasta pekerja. Laron merupakan salah satu fase dewasa dari kasta
reproduktif. Ia akan menjadi raja dan ratu pada koloni rayap. Laron tumbuh dari
telur. Setiap malam laron selalu terbang untuk mencari cahaya contohnya seperti
lampu pijar, tujuan mereka berkerumun di dekat cahaya yaitu untuk berkumpul dan
mencari pasangan untuk kawin. Sayap laron berkembang agar laron bisa terbang
mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin, sayap laron tanggal karena tidak
diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang dan menetaskan telur-telur
sehingga membentuk koloni baru. Adapun laron-laron yang mati itu adalah laron
yang tidak menemukan pasangannya di malam itu (Elzinga,2004).
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
- Ditemukan adanya alur tanah / terowongan tanah / tunel dari tanah
- Didapati banyak kerusakan pada furniture / kusen yang berbahan kayu -
- Ditemukan serpihan-serpihan kayu, butiran-butiran kotoran.
- Ditemukan adanya sarang rayap (Pracaya,2008).
Cara pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah
:
- Metode konvensional (Chemical barrier)
- Metode konvensional (Chemical barrier)
- Metode Baiting / Pengumpanan
- Metode injeksi pasca konstruksi (bangunan
sudah jadi)
- Metode chemical barrier pra konstruksi (Pracaya,2008).
3.1.5
Kutu Sisik Hijau – Coccus Viridis
(Hemiptera : Cocadae)
Coccus viridis merupakan
hama pengisap. Serangga ini mempunyai dua pasang sayap, sayap depan bertekstur
seperti mika/kulit terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran,
Ujung sayap saling tumpang tindih bila sedang hinggap. Kutu sisik hijau
memiliki mulut bertipe penghisap atau dengan nama lain mandibulata dengan
bentuk paruh panjang beruas-ruas. Kutu sisik hijau ini banyak menyerang tanaman
hortikultura seperti avocado, jeruk, mangga, jambu biji, jambu air, jambu mete;
tanaman perkebunan seperti kopi dan tanaman hias dengan cara menghisap cairan
dan nutrisi yang ada pada inangnya. Kutu ini memiliki panjang 3-5 mm, berbentuk
oval, pipih dan seringkali asimetris. Kutu ini mampu berpindah sendiri,
penyebarannya banyak dibantu angin, burung dan manusia karena ukurannya sangat
kecil dan ringan (Gullan,1999).
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
Daun jeruk yang terserang akan berwarna kuning, bercak-bercak klorotis dan membuat daun gugur. Serangan pada batang menyebabkan kering dan retakan pada kulit. Serangan pada buah dapat menurunkan kualitas, karena kotor dan bila dibersihkan meninggalkan bercak hijau atau kuning pada kulit buah. Di pangkal daun jeruk biasanya akan tampak kutu kecil putih hijau dikerumuni semut. Kutu sisik menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kekerdilan, serta tanaman menjadi meranggas dan kering, bahkan jika serangannya parah akan menyebabkan kematian (Pracaya,2008).
Cara pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah :
- Secara mekanis adalah dengan memotong batang
jeruk dan musnahkan kutu yang nampak.
- Secara kimiawi adalah dengan menyemprotkan
insektisida Condifor 200 SL, Alika 247 ZC, Hostathion Extra 212 EC atau
Curacron 500 EC sampai kutu hilang. Karena mempunyai hubungan dengan semut,
maka semut dapat disemprot dengan insektisida seperti Diazinon dan Malathion.
- Secara Pembudidayaan adalah dengan
melakukan sanitasi lahan
pada tanaman jeruk dengan membersihkan gulma dan serasah (Pracaya,2008).
3.1.6 Kutu Apid – Aphis
sp. (Hemiptera : Aphididae)
Kutu daun (Aphis sp.) adalah salah satu hama bagi beberapa komoditas tanaman hortikultura. Aphis berupa kutu kecil bersayap. serangga ini berkembang biak dengan cepat karena serangga betina mampu menghasilkan nimfa hingga 124. siklus hidup hama ini terdiri atas 4 instar, stiap instar berlangsung selama 1-2 hari. Kutu daun dapat menginang pada beberapa tanaman komoditas tersebut seperti kentang, apel, jeruk, bawang merah, apel, cabai tomat, hingga kapas. Kutu yang panjang tubuhnya antara 1 sd 2 mm ini, memiliki warna tubuh yang bervariasi tergantung pada spesies dan lingkungan hidupnya. Warna tersebut antara lain kuning, kuning kemerah-merahan, hijau, hijau gelap, hijau kekuning-kuningan, dan hitam suram. Kutu daun ada yang memiliki sayap dan ada pula yang hidup tanpa sayap. Kutu apid menghisap cairan sel sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman menjadi kerdil. disamping menghisap cairan sel, aphis juga memasukan toksin kedalam daun sehingga dauan menguning dan permukaannya berkerut. selain menyerang tanaman, hama ini juga berperan sebagai vector virus, yaitu virus belang ataupun virus kerdil. pada musim kemarau, populasi aphis lebih banyak dibandingkan dengan pada musim penghujan (Kambhampati,2000).
Gejala yang
ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
- Pada tanaman kapas, kutu daun menyerang dengan cara menghisap cairan
tanaman pada bagian pucuk daun tanaman sehingga menyebabkan bentuknya abnormal
dan keriting.
- Pada tanaman kentang seangan
kutu daun menimbulkan gejalan daun memucat, berkeriput, dan lalu menggulung.
- Pada tanaman cabai, serangan
kutu daun menyebabkan perkembangan daun dan bunga yang terserang menjadi
terhambat.
- Pada tanaman apel, serangan
kutu daun menyebabkan daun berkerut, menggulung, dan akhirnya keriting. Selain
itu bunga buah tanaman aple menjadi gugur (Pracaya,2008).
Cara pengendalian
yang dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah :
- Pengendalian secara kultur teknis: Menjaga kebersihan
tanaman, membersihkan gulma; menggunakan mulsa plastic berwarna perak untuk
menekan perkembangan kutu daun.
- pengendalian
secara mekanis: memangkas bagian tanaman yang terserang dan memusnahkannya
dengan cara dibakar.
- pemgemdalian secara
kimiawi: menyemprot tanaman dengan insektisida Perfecthion 400 EC, Mitac 200
EC, Kelthene 200 EC (Pracaya,2008).
3.1.7
Water Giant Bug - Aposus japonicas (Hemiptera : Belostomitidae)
Kepik air
raksasa atau biasa disebut dengan water giant bug termasuk ke dalam ordo kepik
sejati (Hemiptera) di mana anggota dari ordo ini mengalami metamorfosis tidak
sempurna dan bermulut seperti jarum. Ada beberapa spesies yang termasuk kepik
air raksasa di mana semuanya termasuk dalam famili Belostomatidae dengan ciri
khas berupa tubuh berbentuk pipih oval dan kaki depan yang melengkung seperti
sabit. Uniknya, walaupun hidup di air, kepik air raksasa tidak bisa bernapas di
bawah air layaknya ikan. Untuk mengantisipasinya, ia secara berkala naik ke
permukaan untuk menghisap udara dari ujung abdomennya dan kemudian menyimpan
udaranya di bawah sayap saat menyelam. Mereka juga bisa terbang untuk pindah ke
habitat lain. Di habitat aslinya, di perairan air tawar yang berarus tenang,
kepik air raksasa merupakan salah satu predator utama di mana makanannya
mencakup serangga, ikan kecil, dan bahkan katak. Mereka merupakan pemburu
pasif, dan mengendap-endap saat berburu, mereka biasanya hinggap di ranting
atau mengapung tak bergerak di dekat permukaan air sehingga sepintas mereka
terlihat seperti daun kering. Ketika mangsanya mendekat, kepik air raksasa
segera menangkapnya dengan kaki depannya, kemudian memasukkan mulutnya yang
berbentuk jarum dan menyuntikan air liurnya ke tubuh mangsanya (Amir,2003).
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
Kepik air raksasa atau biasa disebut dengan water giant bug merupakan predator dan tidak merugikan bagi tanaman. Jadi tidak ada gejala yang ditimbulkan, begitupun dengan pengendaliannya.
Gejala yang ditimbulkan oleh hama ini adalah sebagai berikut :
Kepik air raksasa atau biasa disebut dengan water giant bug merupakan predator dan tidak merugikan bagi tanaman. Jadi tidak ada gejala yang ditimbulkan, begitupun dengan pengendaliannya.
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang didapat dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. 1. Ordo hemiptera berarti sayap
serangga dalam ordo ini setengah tebal dan setengahnya lagi tipis, sedangkan pada ordo thysanoptera memiliki sayap yang tepinya berumbai-rumbai, dan pada ordo isoptera memiliki 2
sayap yg sama besarnya.
2. 2. Serangga yang termasuk ordo hemiptera adalah kepik hijau (Nezara Virindula), assassin
bug (Arilus
Cristatus), kutu hijau (Coccus
viridis), kutu apis (Aphis sp.), dan water
giant bug (Aposus japonicas)
3. 3. Serangga yang termasuk ordo thysanoptera adalah trips dan
serangga yang termasuk ordo isptera adalah rayap laron.
4. 4. Mulut yang
dimiliki serangga pada ordo hemiptera, thysanoptera, dan isoptera rata-rata memiliki mulut tipe mandibulata yang artinya
menggigit dan mengunyah.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, H dan Idham Sakti Harahap. 2010. Preferensi Kecoa
Amerika Periplaneta Americana (L.)
(Blattaria : Blattidae) terhadap berbagai kombinasi umpan. Jurnal Ilmiah
Sainteks. Vol.7, No.2, 67-77. Ilmiah Sainteks. Vol.14, No.3, 173-177.
Amir, M.
2003.Rayap dan Peranannya.Dalam: M.
Amir, Kahono. S. Serangga Taman Nasional
Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.Biodiversity Conservation
Project.LIPI.51-62.
Borror, D.
1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta, UGM Press.
Eggleton P, Bignell DE. 1995. Monitoring the response of tropical
insects to changes in the environment: troubles with termites. Di dalam: Harrington R, Stroks NE. Insects in a Changing Environment.
London: Academic Pr. hal: 473-497.
Elzinga, R.J. 2004.Fundamental
of Entomology.Ed. Ke-6. New Jersey: Pearson Educ.
Gullan, P.J; Cranston PS. 1999. The Insect An Outline of
Entomology. Edisi Ke-2.
Oxford: Blackwell Sci.
Kambhampati S, Egglenton P. 2000. Taxonomy and phylogeny of
termites. Di dalam: Abe T, Bignell DE, Higashi M. Termites Evolution,
Sociality, Symbioses, Ecology. Dordecht: Kluwer Academic. hal: 1- 23.
Pracaya.2008.Hama dan penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sudarsono, H. 2003. Hama belalang kembara (locusta migratoria manilensis meyen):
Fakta dan Analisis Awal Ledakan populasi di Provinsi Lampung. Jurnal Hama dan
penyakit Tumbuhan Tropika. Vol.3, No.2: 51-56.
Widiyaningrum, P. 2009. Pertumbuhan Tiga Spesies Jangkrik
Lokal yang Dibudidayakan pada Padat Penebaran dan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal
Ilmiah Sainteks. Vol.14, No.3, 173-177.
Gambarnya diperbaiki ya gan
BalasHapus