PERBANYAKAN JAMUR ENTOMOPATOGEN

PERBANYAKAN JAMUR ENTOMOPATOGEN
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)







Oleh

Kelompok 4

Endah Martia Ningsih             1314121058
Ivan Bangkit Priambodo         1314121091
Jamil Rendyka P.                    1314121092
Karina Zulkarnain                   1314121095
Kory Dian Iswari                    1314121098









JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan cara menggunakan persisida nabati dan dapat pula menggunakan musuh alami dari hama.Musuh alami hama dapat berupa parasitoid maupun mikroorganisme lainnya.Penggunaan musuh alami memang tidak seefektif apabila menggunakan pestisida kimia , tetapi kelebihan dari menggunakan musuh alami adalah lebih ramah lingkungan dan lebih ekonomis.Karena dapat mengurangi biaya produksi pertanian , yaitu dari biaya pengendalian hama.

Musuh alami dari hama yang dapat digunakan adalah jamur .Jamur yang dapat mengendalikan serangga biasa disebut dengan jamur entomopatogen.Beberapa jenis jamur dapat dimanfaatkan sebagai agen pengendali hama. Karena sebagian jamur memiliki kemampuan untuk mengganggu fungsi fisiologis serangga .Bahkan dapat bersifat mematikan bagi serangga hama .Jamue entomopatogen menyerang serangga yang masih hidup , kemudian ia akan mengganggu fungsi fisiologis serangga .Setelah jamur membuat serangga mati , jamur masih dapat hidup bahkan setelah serangga berubah menjadi bangkai.

Dalam praktikum kali ini akan dilakukan perbanyakan dari jamur entomopatogen .Jenis jamur yang akan dibahas  adalah Beauveria bassidiana , Metarhizium anisopliae dan Aspergilus sp.Perbanyakan drai jamur entomopatogen dilakukan secara aseptis , agar tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain.


1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.Mengetahui peran jamur entomopatogen
2.Mengetahui mekanisme jamur entomopatogen dalam menyerang serangga
3. Mengetahui kandungan dari jamur entomopatogen.

                                                    II.METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum perbanyakan jamur entomopatogen  ini adalah cawan petri ,jarum ose , alat pengukus (panci) , LAF, autoklaf , plastik tahan panas dan blender

Sedangkan bahan  yang digunakan  yaitu adalah jamur entomopatogen yaitu Aspergillus sp , jagung atau beras , zeolit , kaolit ,  media SDA dan air.
2.2 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
1.Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.Dikukus jagung atau beras setengah matang
3. Dibungkus dengan plastik tahan panas
4.Disterilisasi dalam autoklaf
5.Diambil dari autoklaf , setelah itu dianginkan
6.Dimasukkan jamur entomopatogen
7.Didinginkan dalam dalam LAF , setelah dingin disimpan dalam kulkas 8.Diblender setelah kering.
9.Diaplikasikan pada serangga.

III.PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Perbanyakan dari jamur entomopatogen dengan menggunakan bahan beras atau dapat pula jagung .Tujuannya adalah sebagai sumber energi bagi jamur selama berada dalam media biakan .Bahan dari perbanyakan jamur entomopatogen berupa formulasi kering 100 gr .Yaitu yang terdiri dari 40 g jamur pada media , 20 g tepung jagung (maizena), 20 g zeolit dan 20 g kaolit.Setelah selesai dikembang biakan , jamur tersebut dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati bagi hama.Jenis jamur yang tergolong sebagai jamur entomopatogen adalah Aspergillus sp., Beauveria bassidiana dan Metarhizium anisopliae .Disebut sebagai jamur entomopatogen karena dapat mengganggu fungsi fisiologis dari serangga yang dapat menyebabkan kematian pada serangga hama.

Aspergillus sp.adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat ditemukan dimana–mana di alam ini. Termasuk organisme saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim ditemukan di rumah sakit dan Laboratorium. Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru-paru (Tarigan, 1991).




Koloni Aspergillus biasanya cepat tumbuh, putih, kuning, kuning-coklat, coklat sampai hitam atau nuansa hijau, dan mereka sebagian besar terdiri dari padat dirasakan dari konidiofor tegak. Konidiofor berhenti dalam sebuah vesikel ditutupi dengan baik satu lapisan palisade  atau lapisan sel subtending yang menanggung whorls kecil phialides (struktur biseriate disebut). Vesikel, phialides, metulae (jika ada) dan konidia membentuk kepala konidia. Konidia yang bersel satu, halus atau kasar-berdinding, hialin atau berpigmen dan basocatenate, membentuk rantai kemarau panjang yang mungkin divergen atau dikumpulkan dalam kolom .Koloninya berbenruk rantai bergerombol bulat. Reproduksi jamur ini dapat terjadi secar aseksual dan seksual .Secara aseksual dilakukan dengan membentuk kuncup (Robinson, 2001).


Habitat dari jamur ini yaitu pada macam-macam bahan organik yang sudah diolah, misalnya pada roti. Jamur ini sering mencemari makanan .Jamur Aspergillus merupakan salah satu jamur yang menghasilkan aflatoksin , yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena dapat menyebabkan kanker hati apabila sampai masuk ke dalam tubuh memalui makanan. Kemampuan jamur untuk membentuk aflatoksin tergantung pada beberapa faktor dan keadaan lingkungan secara makroskopis , di antaranya substrat , kelembaban, suhu dan pH serta lamanya kontak antara jamur dengan substrat.Substrat dengan kadar karbohidrat yang tinggi akan menguntungkan pembentukan aflatoksin dengan kadar glukosa 30 % .Jamur Aspergillus terdiri dari beberapa jenis diantaranya adalah Aspergillus niger , Aspergillus flavus , Aspergillus terreus dan Aspergillus parasitivus.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jamur Aspergillus niger , Aspergillus flavus dan Aspergillus parasitivus dapat digunakan sebagai biopestisida karena memiliki kemampuan dalam menghasilkan mitokosin untuk membunuh serangga (Djarir,1993).

Beauveria. bassiana ialah jamur entomopatogen yang dapat membunuh serangga hama.Berbagai kelebihan pemanfaatan jamur entomopatogen dalam pengendalian hama ialah mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek, dapat membentuk spora yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan, relatif aman, bersifat selektif, relatif mudah diproduksi, dan sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi . Beauveria bahkan dapat menginfeksi telur serangga .Infeksi Beauveria pada serangga yaitu dapat melalui saluran pencernaan dan juga melalui kontak antara konidium yang ada pada kulit telur dengan bagian tubuh larva.Serangga dapat kontak dengan spora jamur melalui beberapa cara yaitu semprotan jamur menempel pada tubuh serangga  , serangga bergerak pada permukaan tanaman yang sudah terinfeksi jamur atau dengan memakan jaringan tanaman yang telah diberlakukan jamur .Setelah spora melekat pada kulit serangga , mereka berkecambah membentuk struktur hifa yang dapat menembus tubuh serangga dan berkembang biak ,proses ini berlangsung selama 3-6 hari hingga serangga mati.Bangkai dari serangga dapat berfungsi sebagai sumber spora untuk penyebaran sekunder jamur.Beauveria memproduksi toksin yang disebut beauvericin .Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan nukleus serangga , sehingga menyebabkan pembengkakan yang disertai pengerasan pada serangga yang terifeksi.Dalam tubuh inangnya ia dapat memperbanyak diri dengan cepat hingga seluruh jaringan serangga terinfeksi (Prayogo, 2005).

Metarhizium anisopliae adalah anggota dari kelas Hypomycetes dengan kategori jamur muscaridine hijau .Penggunaan Metarhizium sebagai agen hayati merupakan jenis pestisida microbial , yaitu jenis pestisida yang mengandung mikroorganisme sebagai bahan aktifnya.Penggunaan agen hayati ini sudah diketahui dapat menurunkan intensitas organisme pengganggu tanaman.
Jamur metarhizium masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dan pori-pori atau kutikula dari tubuh serangga .Setelah masuk ke dalam tubuh serangga jamur menghasilkan perpanjangan hifa lateral yang akhirnya berkembang biak dan mengonsumsi organ internal serangga .Pertumbuhan hifa berlanjut sampai serangga tersebut ditumbuhi miselia .Selanjutnya jamur akan beristirahat melaui kutikula dan sporulates yang dapat membuat serangga tampak sepeti diselimuti  bulu halus berwarna putih.Jamur ini dapat menghasilkan metabolit sekunder seperti destruxin , yang mempunyai sifat insektisida pada serangga .Zat metabolik inilah yang akan dimanfaatkan sebagai pembasmi hama (Matthew,2007).

Kemampuan entomopatogenitas jamur Metarhizium dikarenakan jamur ini memiliki aktivitas larvisidal karena menghasilkan cyclopeptida , destruxin A,B,C,D , dan E .Destrukxin telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru .Efek destruxin berpengaruh pada sel target dan dapat menyebabkan kelainan fungsi lambung tengah , tubulus malpigi dan jaringan otot (Matthew,2007).


IV.KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum yang telah dilakukan adalah :
1.Jamur entomopatogen sangat berperan dalam mengendalikan hama , karena dapat menekan perkembangan hama.
2.Jamur akan masuk ke dalam tubuh serangga menggunakan hifanya lalu akan merusak struktur sel serangga .
3.Jamur beauveria dapat memproduksi toksin yaitu beauvericin , yang dapat menyebabkan pengerasan serta infeksi pada hama.


DAFTAR PUSTAKA


Tarigan.1991.Isolasi dan Karakteristik Fungi.Universitas Riau.Riau
 Robinson. 2001. Citric Acid Fermentation of Brewery Waste. J. of Food Science. 42 (2) : 383-388.

Djarir.1993. Penggunaan Jamur dan Bakteri dalam Pengendalian Penyakit Tanaman secara Hayati yang Ramah Lingkungan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Kampus Unsri, Sumatera Selatan.
 Prayogo Y, Wedanimbi T, Marwoto. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai. J. Litbang Pertanian, 24(1):19-26.

Matthew. 2007. Seleksi Isolat Beauveria bassiana (Bals.amo) Vuillemin dan Metarhizium sp. Dalam Menimbulkan Mortalitas Terhadap Nimfa Walang Sangit (Leptocorixa acuta) (Thunb.) (Hemiptera:alydidae). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Indralaya. [Skripsi].


Komentar

Postingan Populer