APLIKASI ATRAKTAN







APLIKASI ATRAKTAN
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)








Oleh :

Kelompok 4

Endah Martia Ningsih                        1314121058
Ivan Bangkit Priambodo                     1314121091
Jamil Rendyka P.                                1314121092
Karina Zulkarnain                               1314121095
Kory Dian Iswari                                1314121098





LOGO-Unila3.jpg





JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014



I.  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Atraktan merupakan zat yang bersifat menarik, mengandung bahan aktif metil eugenol. Penggunaan metil eugenol sebagai atraktan lalat buah tidak meninggalkan residu pada buah dan mudah diaplikasikan pada lahan yang luas. Karena bersifat volatil (menguap), daya jangkaunya atau radiusnya cukup jauh, mencapai ratusan meter, bahkan ribuan meter, bergantung pada arah angin. Daya tangkap atraktan bervariasi, bergantung pada lokasi, cuaca, komoditas dan keadaan buah di lapangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan atraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada mangga sebesar 39-59%.
Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari penggunaannya. Namun ada pula yang berpendapat atraktan kurang baik untuk upaya pengendalian laalat buah karena hanya menangkap serangga jantan saja.
Lalat buah merupakan hama yang sangat merugikan di bidang hortikultura, karena sering membuat produk hortikultura seperti mangga, cabai, jambu biji, belimbing, nangka, jeruk dan buah-buahan lainnya menjadi busuk dan berbelatung. Hama ini juga dapat menjadi penghambat perdagangan (trade barrier) antar negara, karena apabila pada komoditas ekspor suatu produk terdapat telur lalat buah, maka produk tersebut akan ditolak. Hal ini pernah terjadi terhadap Indonesia pada komoditas paprika yang akan diekspor ke Taiwan. Pengendalian yang dilakukan pada umumnya adalah dengan pembungkusan buah-buahan ataupun pemberonjongan pohonnya dengan kasa, pengasapan untuk mengusir lalat buah, penyemprotan dengan insektisida, pemadatan tanah di bawah pohon untuk memutus siklus hidup serta penggunaan atraktan (zat pemikat) yang salah satunya berbahan methil eugenol.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut
1.      Untuk mengetahui cara pengaplikasian atraktan.
2.      Untuk mengetahui keefektifan metil eugenol dalam menarik lalat buah.
3.      Untuk mengetahui jenis lalat buah di Indonesia.
4.      Untuk mengetahui morfologi dari Bactrocera sp.


II.  METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah 2 botol air mineral 1,5 liter, gunting, dan tali.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah atraktan dan kapas.

2.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam aplikasi atraktan ini adalah sebagai beikut
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu 2 buah botol air mineral dengan volume 1,5 liter, gunting, tali, kapas dan atraktan.
2.      Pada botol pertama, digunting ujung atas dan ujung bawahnya, lalu disimpan bagian ujung atas dan bagian badannya.
3.      Pada botol kedua, digunting ujung atas bagian botol, lalu disimpan.
4.      Bagian badan botol yang disimpan dilubangi bagian tengahnya.
5.      Kemudian kapas dilumuri dengan atraktan lalu diikat dengan tali dan dipasang pada badan botol yang dilubangi tadi.
6.      Lalu badan botol ditutup dengan ujung dari kedua botol dan dipasangkan pada pohon.


III.  HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Tabel Pengamatan
No.
Kelompok
Jumlah serangga yang didapat
Tempat Peletakkan
1.
Kelompok 1
-
-
2.
Kelompok 2
48
Pohon Kakao
3.
Kelompok 3
43
Pohon Kopi
4.
Kelompok 4
45
Pohon Kopi
5.
Kelompok 5
45
Pohon Kopi
6.
Kelompok 6
21
Pohon Kakao
7.
Kelompok 7
28
Pohon Kakao
8.
Kelompok 8
50
Pohon Mangga
9.
Kelompok 9
33
Pohon Kakao
10.
Kelompok 10
48
Pohon Kakao

3.2 Pembahasan
Penggunaan atraktan metil eugenol merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam tiga cara yaitu :
1.      Mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah
2.      Menarik lalat buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap, dan
3.      Mengacaukan lalat buah dalam perkawinan, berkumpul dan cara makan.


Atraktan merupakan zat yang bersifat menarik, mengandung bahan aktif metil eugenol. Penggunaan metil eugenol sebagai atraktan lalat buah tidak meninggalkan residu pada buah dan mudah diaplikasikan pada lahan yang luas (Anonim, 2006).
Penggunaan atraktan merupakan cara pengendalian hama lalat buah yang ramah lingkungan, karena baik komoditas yang dilindungi maupun lingkungannya tidak terkontaminasi oleh atraktan. Selain itu atraktan ini tidak membunuh serangga bukan sasaran (serangga berguna seperti lebah madu, serangga penyerbuk atau musuh alami hama), karena bersifat spesifik, yaitu hanya memerangkap hama lalat buah, sehingga tidak ada risiko atau dampak negatif dari penggunaannya (Sudarmo, 2005)..
Karena bersifat volatil (menguap), daya jangkaunya atau radiusnya cukup jauh, mencapai ratusan meter, bahkan ribuan meter, bergantung pada arah angin. Daya tangkap atraktan bervariasi, bergantung pada lokasi, cuaca, komoditas dan keadaan buah di lapangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan atraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada mangga sebesar 39-59% (Anonim, 2006).
Metil Eugenol merupakan atraktan yang sering digunakan untuk mengendalikan lalat buah  Bactrocera sp. Metil eugenol sangat dibutuhkan oleh lalat jantan untuk dikonsumsi. Zat ini bersifat volatile atau menguap dan melepaskan aroma wangi dengan radius mencapai 20-100 m, tetapi jika dibantu oleh angin jangkauan bisa mencapai 3 km. Atraktan sintetik sudah banyak beredar dipasaran tetapi harganya cukup  mahal, dapat menimbulkan iritasi pada kulit, dan belum tentu berhasil dalam pengaplikasiannya. Selain dari bahan kimia sintetik, metil eugenol juga dapat dibuat secara langsung dari beberapa tanaman seperti  tanaman cengkeh, kayu putih, daun wangi, dan selasih (Kardinan, 2003).
Keefektifan  metal eugenol bergantung pada kondisi peletakan perangkap, semakin ternaungi sinar matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin terbuka terhadap sinar matahari maka semakin cepat habisnya. Kandungan metil eugenol mencapai puncaknya pada pagi hari, dan mulai menurun sekitar jam 12-14, kemudian menghilang setelah jam 14. Makin lama kandungan senyawa metil eugenol makin menipis karena terbawa angina. Hal ini terlihat dari grafik hari pertama hingga hari terakhir, semakin lama semakin berkurang jumlah serangga yang terperangkap (Tan, et al, 2002).
Cara pengaplikasian atraktan pada saat praktikum yaitu mula-mula disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu 2 buah botol air mineral dengan volume 1,5 liter, gunting, tali, kapas dan atraktan. Lalu pada botol pertama, digunting ujung atas dan ujung bawahnya, lalu disimpan bagian ujung atas dan bagian badannya. Pada botol kedua, digunting ujung atas bagian botol, lalu disimpan. Bagian badan botol yang disimpan dilubangi bagian tengahnya. Kemudian kapas dilumuri dengan atraktan lalu diikat dengan tali dan dipasang pada badan botol yang dilubangi tadi. Lalu badan botol ditutup dengan ujung dari kedua botol dan dipasangkan pada pohon.

Lalat buah Bactrocera sp. adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran. Lalat buah berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil. Warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan bersayap datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan. Pada abdomennya terdapat pita-pita hitam, sedangkan pada thoraxnya terdapat bercak-bercak kekuningan. Disebut Tephitidae yang berarti  bor karena terdapat ovipositor pada lalat betina. Bagian tubuh itu berguna memasukkan telur ke dalam buah. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras (Tjahjadi, 1989).
Lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Batrocera dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Batrocera dorsalis Hendel Complex. B. dorsalis Hendel Complex merupakan lalat buah yang bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis inang seperti belimbing, jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning, mangga dan jambu air. Selain merusak buah-buahan seperti jatuhnya buah muda yang terserang, serangan hama ini juga menyebabkan buah menjadi busuk dan dihinggapi belatung, lalat buah juga merupakan vektor bakteri Eschericia coli, penyebab penyakit pada manusia sehingga dapat dijadikan alasan untuk menghambat perdagangan. Untuk mencegah masuknya spesies baru lalat buah ke Indonesia, pemerintah mengeluarkan Permentan No. 37/Kpts/HK.060/172006 yang menetapkan hanya tujuh pintu masuk buah segar ke Indonesia yaitu Batu Ampar, Batam; Ngurah Rai, Bali; Makasar; Belawan, Medan; Tanjung Priok, Jakarta; Tanjung Perak, Surabaya dan Cengkareng, Jakarta (Tjahjadi, 1989).
Hama lalat buah Bactrocera sp. merupakan hama utama buah. Inangnya banyak yaitu mangga, jambu air, jambu biji, cabai, papaya, nangka, jeruk, melon, ketimun, tomat, alpukat, pisang dan belimbing. Kerugian yang ditimbulkan dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi buah sebagai akibat rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih muda ataupun buah yang rusak serta busuk yang tidak laku dijual. Kualitatif yaitu buah yang cacat berupa bercak, busuk berlubang dan berulat yang akhirnya kurang diminati konsumen. Kerusakan buah dapat mencapai 100% jika tidak dilakukan pengendalian secara tepat. Di Indonesia lalat ini mempunyai inang lebih dari 26 jenis yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan. Seekor lalat betina mampu meletakkan telur pada buah sebanyak 1-10 butir dan dalam sehari mampu meletakkan telur sampai 40 butir (Tjahjadi, 1989)


IV.  KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum aplikasi atraktan ini adalah sebagai berikut :
1.      Cara pengaplikasian atraktan pada praktikum yang telah dilakukan yaitu dengan memotong 2 botol air mineral yang sudah disiapkan, dilubangi bagian badannya kemudian dimasukkan kapas yang sudah diberi atraktan, lau digantungkan pada pohon dengan menggunakan tali.
2.      Keefektifan  metal eugenol bergantung pada kondisi peletakan perangkap, semakin ternaungi sinar matahari semakin tahan lama dan sebaliknya semakin terbuka terhadap sinar matahari maka semakin cepat habisnya. Kandungan metil eugenol mencapai puncaknya pada pagi hari, dan mulai menurun sekitar jam 12-14, kemudian menghilang setelah jam 14.
3.      Lalat buah yang banyak terdapat di Indonesia adalah dari genus Batrocera dan salah satu jenis yang sangat penting dan ganas adalah Batrocera dorsalis Hendel Complex.
4.      Lalat buah Bactrocera sp. adalah hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran dengan badan berukuran 1-6 mm, berkepala besar, berleher sangat kecil, warnanya sangat bervariasi, kuning cerah, oranye, hitam, cokelat, atau kombinasinya dan bersayap datar dan pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  2006. Aplikasi Penggunaan Atraktan Nabati. Prima Tani. http://primatani.litbang.deptan.go.id. Diakses pada Senin, 15 Desember 2014 pikul 11.23.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengendali Lalat Buah. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.
Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Tanindo Press. Jakarta.
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tan, K.H., R. Nishida dan Y.C. Toong. 2002. Floral synomone of a wild orchid Bulbophyllum cheiri, lures Bactrocera fruit flies for pollination. Journ. Of Chemical Ecology. XXVIII (6) : 1161-1172.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama Dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Komentar

Postingan Populer