REISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR (laporan bioekologi penyakit tanaman)

REISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR
 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)



Oleh
Karina Zulkarnain
1314121095
Kelompok 8


download.jpg


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014






I.     PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Penyakit tanaman merupakan kondisi dimana tanaman mengalami gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus akibat penyakit primer dan menimbulkan gejala. Penyakit ini lebih sering kita kenal dengan sebutan patogen. Penyebab penyakit dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu biotic dan abiotik. Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah untuk diketaui karena gejalanya khas, tetapi lebih banyak yang sulit diketahui penyebabnya karena gejala yang terlihat banyak yang mirip satu sama lain. Apalagi penyebabnya kebanyakan adalah adanya organisme yang sukar dilihat dengan mata telanjang.
Salah satu cara untuk mengetahui penyakit tanaman adalah metode Postulat Koch. Dengan metode Postulat Koch kita dapat mengidentifikasi suatu patogen yang tidak diketahui yang menyebabkan penyakit tersebut .Dalam metode postulat Koch ini terdapat beberapa tahapan yaitu isolasi untuk menumbuhkan atau membiakan patogen kedalam media buatan (PDA), kemudian dilakukan inokulasi untuk mengetahui gelaja pada tanaman inang sama dengan gejala yang diidentifikasi , setelah itu di reisolasi mengidentikifaksi biakan yang sama yang sudah dinokulasi dan terakhir identifikasi dimana proses terakhir yang dilakukan untuk mengetahui penyakit pada tanaman inang yang sakit sama dengan yang diidentifikasi. 
Dalam Postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama, organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua, organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni. Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Keempat, dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil isolasi yang pertama. Postulat Koch ini dapat membuktikan bahwa hasil isolasi tanaman sakit jika diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Praktikum kali ini akan mengisolasi Colletotrichum capsici ke cabai yang masih sehat.
1.2              Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
1.        Memindahkan media dari habitat asli ke media buatan.
2.        Mengembangbiakan suatu media.
3.        Mengetahui cara reisolasi patogen.
4.        Mengidentifikasi suatu patogen.




II.           METODOLOGI PERCOBAAN

2.1    Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bor, Laminar Air Flow (LAF), jarum oose, bunsen, dan mikroskop.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah media baru (PDA), jamur, asam laktat, dan alcohol.

2.2    Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
2.2.1 Reisolasi Jamur Collectotrichum capsici
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam Laminar Air Flow (LAF).
2.      Dinyalakan lampu spritus lalu dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow (LAF).
3.      Diambil jamur yang telah diisolasi dengan bor, yaitu setengah media PDA dan setengan media yang sudah terkena jamur yang letaknya dipinggir.
4.      Disiapkan media PDA yang baru sambil diputar dan dipanaskan.
5.      Diletakkan jamur yang ada pada bor ke media baru.
6.      Ditutup media tersebut lalu diamati.
2.2.2 Identifikasi Jamur
1.      Disiapkan jamur yang akan diamati.
2.      Diambil sedikit jamur dengan menggunakan jarum ose.
3.      Diletakkan jamur yang telah diambil pada kaca preparat.
4.      Diamati dibawah mikroskop lalu ditentukan bentuknya.






III.             HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1    Hasil Pengamatan
Table 1. Hasil pengamatan
No
Gambar
Keterangan
1.
20141022_090112.jpg




2.

hari jumat.jpg


Pengamatan hari ke-2 pada hari jum’at tanggal 25 Oktober 2014.
Hifa berwarna putih mulai tumbuh.

3.
hari senin.jpg


Pengamatan hari ke-5 pada hari senin tanggal 27 Oktober 2014.
Pertumbuhan hifa sudah mulai terlihat dan semakin membesar.
3.2    Pembahasan
3.2.1 Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici

Colletotrichum capsici
Kingdom:
Phylum:
Subphylum:
Class:
Order:
Family:
Genus:
Species:
C. capsici
                               (Campbell,2003).

3.2.1.2 Siklus hidup jamur
Colletotrichum capsici

Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah - buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau jamur ini menyerang daun dan batang. Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. Infeksi jamur Colletotrichum capsici hanya terjadi melalui luka – luka (Dwidjoseputro,1994).
3.2.1.3 Mekanisme jamur Colletotrichum capsici

Mekanisme Jamur Colletotrichum capsici yang menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum)  yaitu Jamur pada buah masuk ke dalam  ruang biji dan menginfeksi biji.  Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit.  Jamur menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah-buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau.  Selain itu jamur dapat mempertahankan diri dalam sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Hadioetomo,1993).

3.2.1.4 Gejala yang ditimbulkan jamur Collectotrichum capsici

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yaitu mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yg lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yg terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur, pada buah yg masih hijau atau yg sudah masak.  Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk bercak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat (Ogoshi,1985).
                                                                                                  
3.2.1.5 Pengendalian jamur Collectotrichum capsici

Pengendalian jamur Collectotrichum capsici pada tanaman cabai dapat dikendalikan dengan tidak menanam biji yang telah terinfeksi, tidak menanam pada musim hujan karena di saat udara sangat lembab tetapi hangat sehingga jamur biasanya muncul dan berkembang pesat, menggunakan fungisida organik, Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan, Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase dan kesuburan tanah yang baik), Sanitasi terhadap bagian atau sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi, kemudian dibakar, Pergiliran tanaman, Perbaikan drainase, serta pemanfaatan agens hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas Flourencens dan Bacillus subtilis (Pelczar,2006).

3.2.2 Klasifikasi Jamur Colletotrichum Gloeosporioides
Colletotrichum Gloeosporioides
Kingdom:
Phylum:
Mycota
Subphylum:
Eumycotyna
Class:
Deuteromycetes
Order:
Melanconiales
Family:
Melanconiaceae
Genus:
Species:
Colletotrichum gloeosporioides
                                                       (Sarles,1956).

3.2.2.1 Siklus hidup jamur Colletotrichum gloeosporioides 

Siklus hidup dari jamur Colletotrichum gloeosporioides yang terdapat pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu awalnya cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, lalu cendawan menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Cendawan menyerang daun dan batang, kelak dapat menginfeksi buah – buah yang lain. Cendawan hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi memakai tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu cendawan dapat mempertahankan diri dalam sisa - sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Purnomo,2013).

3.2.2.2 Mekanisme jamur Colletotrichum gloeosporioides

Mekanisme Jamur Colletotrichum gloeosporioides yang menyerang pada tanaman Cabai (Capsicum annum)  yaitu  patogen awalnya menginfeksi utuh, non-terluka buah hijau yang belum matang di lapangan. Spora berkecambah dan membentuk appressoria pada permukaan buah. Jamur, menggunakan appressoriumnya, enzimatik menembus kutikula dan kemudian tetap sebagai sub-kutikula hifa sampai klimakterik pasca tahap pertumbuhan buah dicapai. Pada titik ini, jamur mengalami pertumbuhan pesat dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Kondisi lingkungan yang menguntungkan patogen adalah suhu tinggi, 28ûC yang optimal, dan kelembaban tinggi. Spora harus mendapat air yang cukup untuk berkecambah, perkecambahan diabaikan bawah kelembaban relatif 97%. Spora hanya dibebaskan dari acervuli ketika ada banyak kelembaban. Pukulan ombak dari hujan adalah sarana umum menyebar. Keparahan penyakit ini cenderung menurun saat cuaca kering. Sinar matahari, kelembaban rendah dan temperatur ekstrem dapat cepat menginaktivasi spora ( Semangun,1996).

3.2.2.3 Gejala yang ditimbulkan jamur Collectotrichum gloeosporioides

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum gloeosporioides pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu pada daun terjadi bercak-bercak tidak teratur dengan ukuran kurang dari 5 mm, kecuali bila terjadi penyatuan bercak-bercak tersebut. Pusat bercak sering pecah sehingga menyebabkan bercak berlubang. Daun yang sakit mengering dan gugur. Serangan pada tangkai daun dapat menyebabkan daun layu dan rontok. Pada batang muda bercak-bercak berwarna kelabu yang bisa berkembang dan menggelangi batang yang dapat menyebabkan matinya bagian yang terserang. Pada bagian bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam terutama pada keadaan cuaca lembab, dan dapat menyebabkan rontoknya sebagian atau seluruh kuncup bunga.  Buah juga dapat terinfeksi, pada buah-buah yang matang terlihat gejala khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu daging buah membusuk (Soetarto,2010).
3.2.2.4 Pengendalian jamur Collectotrichum gloeosporioides

Pengendalian jamur Collectotrichum capsici pada tanaman cabai dapat dikendalikan dengan cara melakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit, memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya (Suharni,1999).
3.2.3 Pengertian kultur murni

Dalam pemurnian mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni. Isolasi mikroba adalah memindahkan mikroba dengan lingkungannya dengan mengisolasi mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang tidak kita butuhkan segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal, artinya mikroba ditumbuhkembangkan dari bakteri yang dihomogenkan dengan kata lain bakteri di isolasikan agar didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan (Suryanto,2010).

3.2.4 Macam-macam metode isolasi
Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macam-macam metode isolasi tersebut antara lain:
1.      isolasi   tunggal   merupakan   metode   isolasi   dengan   cara   meneteskan   bahan   yang mengandung   mikroorganisme   pada   suatu   kaca   penutup   dengan   menggunakan mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah obyektif mikroskop.
2.      isolasi   gores   merupakan   metode   isolasi   dengan   cara   menggeser   atau   menggoreskan ujung   jarum   ose   yang   telah   mengandung   mikroorganisme   dengan   hati-hati   di   atas permukaan   agar   secara   zig   zag   yang   dimulai   dari   dasar   tabung   menuju   ke   bagian   atas tabung.
3.      isolasi   tebar   merupakan   metode   isolasi   dengan   cara   menebarkan   bahan   yang mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.
4.      isolasi   tuang   merupakan   metode   isolasi   dengan   cara   mengambil   sedikit   sampel campuran   bakteri   yang   telah   diencerkan   dan   sampel   tersebut   kemudian   disebarkandidalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer (Subakti,2010).














IV.    KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah
1.        Capsici menimbulkan gejala berupa bintik-bintik hitam pada tanaman.
2.        Pengendalian pada jamur capsici berupa sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan.
3.        Jamur capsici bila diamati dibawah mikroskop memiliki bentuk berupa bulan sabit.
4.        Jamur gloeosporioides bila diamati dibawah mikroskop memiliki bentuk berupa bulir padi.
5.        Pengendalian jamur gloeosporioides berupa sanitasi pohon, mengatur jarak tanam, menghindari tejadi luka pada tanaman, penyemprotan menggunakan fungisida.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ogoshi, A., B. Sneh and L. Burpee. 1985.Identification of Rhizoctonia sp. APS Press.Minnesota.
Pelczar, M.J. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta., 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman.  Jakarta : Penebar Swadaya.
Purnomo, Bambang dkk. 2013.Penuntun praktikum penyakit tanaman. Laboratorium IHPT . Fakultas Pertanian UNIB.
Sarles, William Bowen, et al. 1956. Microbiology: General and Applied, second editon .Harper and. Brothers, New York, USA.
Semangun, H. 1996.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univ Press.Yogyakarta.
Soetarto, E.S., T.T. Suharni, S.Y. Nastiti, dan L.Sembiring, 2010.Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.
Suharni, T.T, S.J. Nastiti, dan A.E.S. Soetarto, 1999. Mikrobiologi Umum a Lecture. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.
Suryanto.  2010. Hama Dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.Soesanto. 2006. Penyakit Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius.

Subakti, T. 2010. Pemurnian Mikroba. Bandung : UNPAD.

Komentar

Postingan Populer