kesetimbangan kimia
KESETIMBANGAN KIMIA
I.
Definisi
Kesetimbangan Kimia
Reaksi kimia adalah
sebuah proses dimana suatu zat diubah menjadi zat lain.Perubahan ini memenuhi
seperangkat hukum termodinamika.Reaksi kimia selalu berjalan kearah zat yang
lebih stabil.Keadan yang lebih stabil ini sering di kaitkan dengan nilai energi
bebas nya (G).G yang lebih kecil menunjukan keadaan yang lebih
stabil.Pertanyaan selanjutnya adalah sampai kapan reaksi ini berlangung.Akankah
semua reaktan diubah menjadi produk atau tidak?.Semua pertanyaan ini dapat
dijawab dengan tepat ketika pemahaman tentang termodinamika dikuasai dengan
baik.
Pada dasarnya reaksi
kimia itu dapat di analogikan sebagai peristiwa menuruni bukit.Dalam menuruni
bukit,sepeda dengan sendirinya dapat berjalan karena kontur tanah yang miring
membuat gaya gravitasi dapat bekerja pada sepeda.Dalam reaksi kimia juga
demikian.Reaksi kimia spontan dapat terjadi apabila ia berjalan kearah G yang
lebih rendah.Namun demikian meskipun energy bebas (G) dari produk lebih rendah
dari reakstan,sebagian produk kemudian ada yang trtap dapat berubah menjadi
reaktan (dalam beberapa kasus).
Sebagian
reaksi kimia berjalan cepat namun dalam batas tertentu (konsentrasi tertentu) menjadi
melambat.Reaksi macam ini di sebut reaksi kimia kendali termodinamik.Sebaliknya
ada reaksi kimia yang berjalan lambat namun seiring bertambahnya produknya maka
reaksinya semakin cepat.Reaksi macam ini disebut reaksi kimia kendali
kinetik.Dalam sebuh reaksi kimia, ada kalanya setelah reaktan mulai menjadi
produk,produk dapat berubah menjadi reaktan kembali.Reaksi macam ini disebut
reaksi kimia reverrsibel.Pada dasarnya hampir semua reaksi kimia dapat
balik.Namun kadang kuantitas dari pembentukan kembali reaktan oleh produk
sangatlah sedikit sehingga tidak dapat teramati.
Grafik dibawah ini menunjukan bagaimana energi
bebas (G) menjelaskan reaksi kesetimbangan kimia dapat berlangsung.
Pada gambar disamping,G
1 mol N2O4 ( 1) lebih kecil dari G 2 mol NO2 (2).Namun demikian untuk komposisi berbeda ternyata hal
ini berubah seeprti yang digambarkan sebagai kurva bengkok (seperti parabola
yang berwarna merah).dalam kurva ini tampak bahwa baik dari sisi N2O4 atau pun
NO2 semua ya menunjukan penurunan G.ini berarti kedua reaki yakni NO2 menjadi
N2O4 dan sebaliknya dapat berlangsung.Pada titik 3 terjadi kesetimbangn kimia
yakni sat delta G=0.
Reaksi timbal balik adalah reaksi yang,
tergantung keadaan, dapat mengalir ke dua arah.
Apabila ditiiupkan uap panas ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut ferri ferro oksida atau magnetit, Fe3O4.
Apabila ditiiupkan uap panas ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut ferri ferro oksida atau magnetit, Fe3O4.
Hidrogen yang terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.
Dalam keadaan lain, hasil-hasil reaksi ini akan saling bereaksi. Hidrogen yang melewati ferri ferro oksida panas akan mengubahnya menjadi besi, dan uap panas juga akan terbentuk.
Uap panas yang kali ini terbentuk tersapu oleh aliran hidrogen.
Reaksi ini dapat berbalik, tapi dalam keadaan biasa, reaksi ini menjadi reaksi satu arah. Produk dari reaksi satu arah ini berada dalam keadaan terpisah dan tidak dapat bereaksi satu sama lain sehingga reaksi sebaliknya tidak dapat terjadi.Sistem tertutup adalah situasi di mana tidak ada zat yang ditambahkan atau diambil dari sistem tersebut. Tetapi energi dapat ditransfer ke luar maupun ke dalam.Pada contoh yang baru kita bahas tadi, Anda harus membayangkan sebuah besi yang dipanaskan oleh uap dalam sebuah kotak tertutup. Panas ditambahkan ke dalam sistem ini, namun tidak satu zat pun yang terlibat dalam reaksi ini dapat keluar dari kotak. Keadaan demikian disebut sistem tertutup. Pada saat ferri ferro oksida dan hidrogen mulai terbentuk, kedua zat ini akan saling bereaksi kembali untuk membentuk besi dan uap panas yang ada pada mulanya
II.
Proses
Terjadinya Reaksi Kesetimbangan
Jika ada reaksi
H2 + I2 à2HI (
1 )
2HI à H2 + I2 ( 2 )
(A) (B)
(C)
(D)
Saat reaksi dimulai dengan h2
serta i2 sebagai reaktan mula mula hanya terdapat konsentrasi reaktan saja
(garis hijau pada grafik 1).Pada keadaan ini kecepatan reaksi reaktan berada
pada level maksimumnya sebab jumlah partikelnya masih banyak (grafik B).Reaksi
mulai berjalan.Produk mulai terbentuk dengan konsentrasi yang rendah (Grafik A
garis merah).Pada keadaan ini kecepatan reaksi dari produk menjadi reaktan
mulai ada namun sangat lambat (grafik C).Reaksi terus berlangsung konsentrasi reaktan makin menurun artinya
kecepatanya juga menurun sebaliknya konsentrasi produk akan makin besar dan
kecepatan makin besar.Sehingga suatu saat dicapailah sebuah keadaan , karena
peruabahn konsentrasi tadi, kecepatan kedua reaksi sama (grafik D).Pada saat
ini jika ada 3 molekul reaktan diubah menjadi produk dalam 1 detik maka saat
yang bersamaan terdapat pula 3 molekul produk yang diubah menjadi reaktan
(karena kecepatan kedua reaksi ini adalah sama).Jika ini terjadi maka komposisi
kedua zat akan tetap sama sepanjang waktu dan tak ada lagi perubahan
konsentrasi antara keduanya.Reaksi dalam keadan seeprti dikatan telah mencapai
titik kesetimbanganya.
Mari kita
tinjau kembali pada titik kesetimbangan (grafik D).Grafk D menunjukan kecepatan
reaksi dari kedua reaksi masih ada.Artinya sebenarnya reaksi tidak berhenti
hanya saja kecepatanya sama sehingga jika diamati secara biasa (makroskopis)
sepertinya sudah tidak ada perubahan lagi.Namun jika kita melihat lebih dalam
(mikroskopis) sebenranya reaksi masih
tetap berlangsung.Keadaan inilah yang dsebut sebagai kesetimbangan kimi itu
bersifat dinamis.
III.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan (Asas Le Chatelier)
Pada tahun 1884,Henri Louis Le Chatelier berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan dalam suatu asas yang dikenal dengan asas Le Chatelier sebagai berikut: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. Secara singkat,asas Le Chatelier dapat disimpulkan sebagai berikut: Reaksi = -Aksi.Dalam kimia, prinsip Le Châtelier, juga disebut prinsip Chatelier, dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh perubahan dalam kondisi pada kesetimbangan kimia. Prinsip ini dinamai Henry Louis Le Chatelier dan Karl Ferdinand Braun yang menemukannya secara mandiri. Hal ini dapat diringkas sebagai:
Cara sistem bereaksi adalah
dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke kanan. marilah kita bahas penerapan
asas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbangan.
a.
Pengaruh
Konsentrasi
Apabila dalam sistem
kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut.
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan
bergeser ke pihak zat tersebut.
Tabel .
Pengaruh Konsentrasi Terhadap kesetimbangan
No
|
Aksi
|
Reaksi
|
Cara Sistem Bereaksi
|
1
|
Menambah konsentrasi perekasi
|
Mengurangi konsentrasi pereaksi
|
Bergeser ke kanan
|
2
|
Mengurangi konsentrasi perekasi
|
Menambah konsentrasi perekasi
|
Bergeser ke kiri
|
3
|
Memperbesar konsentrasi produk
|
Mengurangi konsentrasi produk
|
Bergeser ke kiri
|
4
|
Mengurangi konsentrasi produk
|
Memperbesar konsentrasi produk
|
Bergeser ke kanan
|
5
|
Mengurangi konsentrasi total
|
Memperbesar konsentrasi total
|
Bergeser ke arah yang jumlah molekul terbesar
|
Hal ini dapat
digambarkan oleh keseimbangan karbon monoksida dan gas hidrogen, bereaksi
membentuk metanol.
CO + 2 H2 ⇌ CH3OH
Misalkan kita adalah
untuk meningkatkan konsentrasi CO dalam sistem. Menggunakan prinsip Le
Châtelier, kita bisa memprediksi bahwa jumlah metanol akan meningkat,
mengurangi perubahan total dalam CO Jika kita ingin menambahkan zat reaksi
secara keseluruhan, reaksi akan mendukung sisi yang berlawanan dengan
penambahan zat. Demikian pula, pengurangan zat akan menyebabkan reaksi untuk
mengisi "celah" dan mendukung sisi dimana zat ini berkurang.
Penelitian ini didukung oleh teori tabrakan. Sebagai konsentrasi CO meningkat,
frekuensi tabrakan sukses reaktan yang akan meningkatkan juga, memungkinkan
untuk peningkatan reaksi ke depan, dan membentuk produk.
b. Pengaruh Tekanan & Volume
Perubahan tekanan
yang diakibatkan oleh perubahan volume. Konsentrasi kesetimbangan dari produk
dan reaktan tidak secara langsung tergantung pada tekanan dikenakan ke sistem.
Namun, perubahan tekanan akibat perubahan volume sistem akan menggeser
kesetimbangan. Jika dalam suatu sistem
kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan volume (bersamaan
dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan mengadakan berupa pergeseran
kesetimbangan.
Penambahan tekanan dengan
cara memperkecil volum akan memperbesar konsentrasi semua komponen. Maka sistem
akan bereaksi dengan mengurangi tekanan. Untuk mengurangi tekanan maka reaksi
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Jika
tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volum,maka sistem akan bereaksi
dengan menambah tekanan dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan
bergeser kerah yang jumlah koefisiennya lebih besar
Pada sistem kesetimbangan
dimana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri = jumlah koefisien sebelah kanan,
maka perubahan tekanan/volume tidak menggeser letak kesetimbangan.
|
N2(g)
+ 3 H2(g) ↔ 2 NH3(g)
Bila pada sistem
kesetimbangan tekanan diperbesar (=volume diperkecil), maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
Bila pada sistem
kesetimbangan tekanan diperkecil (=volume diperbesar), maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.
c.
Pengaruh
Suhu
Pengaruh perubahan
suhu ekuilibrium dapat dibuat jelas dengan memasukkan panas baik sebagai
reaktan atau produk. Ketika reaksi eksotermik (ΔH adalah negatif, melepaskan
energi), kami menyertakan panas sebagai produk, dan ketika reaksi endoterm (ΔH
positif, menyerap energi), kami memasukkannya sebagai suatu reaktan. Oleh
karena itu, kita dapat mengatakan apakah meningkatkan atau menurunkan suhu akan
memilih maju atau mundur reaksi dengan menerapkan prinsip yang sama seperti
dengan perubahan konsentrasi.
Sebagai contoh,
reaksi gas nitrogen dengan gas hidrogen. Ini merupakan reaksi reversibel, di
mana dua gas amonia bereaksi membentuk:
N2 + 3 H2 ⇌ 2 NH3 ΔH = -92 kJ mol-1
Jika Anda menempatkan
panas sebagai produk:
N2 + 3 H2 ⇌ 2 NH3 ΔH = -92kJ
Ini merupakan reaksi
eksotermik (maka tanda minus) ketika memproduksi amonia. Jika kita adalah untuk
menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser untuk menghasilkan panas lebih
banyak. Karena pembuatan amonia adalah eksotermik, ini akan menambah produksi
amoniak lebih. Dalam prakteknya, dalam proses Haber suhu ditetapkan pada nilai
kompromi, sehingga amonia dibuat dengan cepat, meskipun kurang akan hadir pada
kesetimbangan.
Bila pada sistem
kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah
yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).
Bila pada sistem
kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah
yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).
Pada reaksi
eksotermik, kenaikan suhu menurunkan kesetimbangan konstan, K. Sedangkan pada
reaksi endotermik, kenaikan temperatur meningkatkan nilai K.
d. Pengaruh Katalisator
Penggunaan Katalisator akan
mempercepat tercapainya keadaan setimbang.Fungsi katalisator dalam reaksi
kesetimbangan adalah mempercepat tercapainya kesetimbangan dan tidak merubah
letak kesetimbangan (harga tetapan kesetimbangan Kc tetap), hal ini disebabkan
katalisator mempercepat reaksi ke kanan dan ke kiri sama besar.
IV.
Aplikasi
kesetimbangan kimia dalam industri
Dalam dunia industri,
kesetimbangan kimia banyak dipergunakan khususnya dalam pembuatan gas maupun
produk-produk industri lainnya. Proses Haber, merupakan proses pembuatan
amoniak dari gas Nitrogen dan Hidrogen.
N2 + 3 H2 ⇄ 2 NH3 ΔH = -22.13 kkal
Persamaan ini
mengindikasikan bahwa 2 mol amoniak terbentuk dari 1 mol gas N2 dan 3 mol gas
H2, dari persamaan ini juga mengindikasikan bahwa reaksi adalah eksoterm,
sehingga amoniak akan terbentuk dengan baik pada suhu rendah. Namun pada suhu
rendah reaksi berjalan lambat. Usaha untuk meningkatkan jumlah dengan kecepatan
yang cukup dilakukan dengan mengatur tekanan dan suhu dan menambahkan
katalisator.
Untuk proses yang
optimal didapat dengan mengatur suhu sebesar 500ºC dan dengan tekanan 350 atm,
dengan kondisi ini didapatkan produk amoniak sebesar 30%.
Proses Kontak
Proses kontak dipergunakan oleh industri
untuk memproduksi asam sulfat. Proses berlangsung dalam dua tahap reaksi.
Tahap pertama, pembentukan gas belerang
trioksida:
2SO2(g) +
O2(g) ⇄ 2 SO3(g) ΔH = -94.97 kkal
dilanjutkan dengan melarutkan gas belerang
trioksida ke dalam air, sesuai dengan reaksi:
SO3(g) + H2O(g) ⇄ H2SO4 (l)
Belerang trioksida
merupakan produk yang vital sebagai bahan pembentuk asam sulfat. Dari persamaan
reaksi di atas diketahui reaksi bersifat eksoterm. Reaksi lebih baik
berlangsung pada suhu rendah, namun reaksi ini berjalan sangat lambat. Untuk
mempercepat reaksi pembentukan belerang trioksida dipergunakan katalisator
Vanadium oksida (V2O5) dan berlangsung pada suhu 400ºC.
Dalam industri makanan, reaksi kesetimbangan juga berlangsung, seperti pada pembuatan tape, dan minuman beralkohol, perhatikan bagan 9.12.
Bagan 9.12. Pemanfaatan kesetimbangan kimia dalam industri
Pada prinsipnya yang
dipergunakan adalah ragi atau jamur, selanjutnya ragi menghasilkan enzim
pembongkar karbohidrat membentuk molekul kecil glukosa dan fruktosa. Namun
dalam prosesnya juga dihasilkan senyawa-senyawa lain seperti alkohol, aldehid
yang menyebabkan aroma minuman atau tape menjadi harum. Selain itu enzim juga
dapat mengoksidasi secara sempurna dan dihasilkan asam-asam karboksilat.
Sehingga kita juga rasakan tape yang terasa asam. Jika kita coba mencermati,
maka kita dapat menemukan bahan makanan atau bumbu masak yang lain yang
merupakan produk hasil dari reaksi kesetimbangan dan juga zat-zat yang
berfungsi sebagai katalisator.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W.1989. Kimia Fisika Jilid I edisi keempat.
Jakarta : Erlangga
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti edisi
ketiga jilid 1. Jakarta : Erlangga
http://wikia.org/azas le chatelier
Purba,
Michael. 2004. Kimia SMA Kelas XI.
Jakarta : Erlangga
Sutresna,
Nana. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI
Sester 2. Bandung :Grafindo Media Pratama
Komentar
Posting Komentar